Page 29 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 29

KISRUH UMP DKI BURUH-ANIES VS PENGUSAHA, PUSAT HARUS TURUN TANGAN

              Kisruh  Upah  Minimum  Provinsi  (UMP)  antara  buruh,  pengusaha,  dan  Kementerian
              Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  semakin  ramai  setelah  Gubernur  DKI  Jakarta  Anies  Baswedan
              merevisi keputusannya dengan menaikkan upah dari semula cuma Rp37.749 atau 0,85 persen
              menjadi Rp225.667 atau 5,1 persen.

              Artinya, tahun depan UMP DKI menjadi Rp4.641.854 dari rencana awal Rp4.453.935. Angka baru
              ini disambut riang gembira oleh buruh. Tetapi, bikin pengusaha garuk-garuk kepala karena dinilai
              tidak  sesuai  dengan  formula  di  pasal  26  Peraturan  Pemerintah  (PP)  36/2021  tentang
              Pengupahan.

              Apalagi, pasal 27 dan 29 PP tersebut berbunyi penetapan UMP dan batas waktu penetapan UMP
              selambat-lambatnya pada 21 November 2021 dan tidak bisa diubah.

              Memang,  Anies  sempat  menyurati  Menaker  Ida  Fauziyah  untuk  mengkaji  ulang  formula
              penetapan besaran UMP DKI 2022 karena dianggap tidak adil dan tidak layak.

              Namun,  Anies  tiba-tiba  merevisi  sendiri  besaran  UMP  yang  sudah  ditetapkannya.  Alasannya,
              revisi UMP mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Indonesia (BI) sebesar
              4,7-5,5 persen, dengan tingkat inflasi 2-3 persen.

              Sebetulnya, rata-rata kenaikan UMP DKI mencapai 8,6 persen dalam enam tahun terakhir. Oleh
              karenanya, ia ingin mengapresiasi para pekerja dan buruh, termasuk ingin UMP DKI lebih layak,
              sesuai dengan daya beli masyarakat.

              "Yang  lebih  penting  adalah  melalui  kenaikan  UMP  yang  layak  ini,  kami  berharap  daya  beli
              masyarakat atau pekerja tidak turun," ucap Anies dalam keterangan resmi, Sabtu (18/12).

              Sontak, pengusaha marah karena revisi UMP dilakukan sepihak tanpa diskusi dan menggunakan
              asas  tripatrit  bersama  serikat  pekerja.  Padahal,  musyawarah  tripatrit  sudah  dilakukan  pada
              penetapan besaran UMP DKI 2022 sebelum revisi dan seluruhnya diklaim sudah bersepakat.

              Atas dasar itu, para pengusaha di Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) serta Kamar Dagang
              dan Industri (Kadin) Indonesia berencana menggugat keputusan Anies ke Pengadilan Tata Usaha
              Negara (PTUN). Gugatan akan dilayangkan saat Anies menerbitkan peraturan gubernur (pergub)
              baru.

              "Jadi begitu pergub keluar, Apindo dan Kadin DKI akan langsung lakukan gugatan," tegas Ketua
              Umum Apindo Hariyadi Sukamdani.

              Apindo  dan  Kadin,  lanjut  Hariyadi,  juga  mengimbau  para  pengusaha  di  ibu  kota  tidak
              menerapkan  UMP  revisi.  Sebab,  akan  berdampak  buruk bagi  perusahaan  dalam  penyusunan
              struktur upah dan skala upah (SUSU) serta menghambat kesempatan bagi pekerja baru.

              Tak cuma itu, pengusaha juga meminta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk memberi
              sanksi kepada Anies dan kepala daerah lain apabila menetapkan besaran UMP 2022 tidak sesuai
              dengan formula di PP 36/2021.

              "Meminta  kepada  Menteri  Dalam  Negeri  untuk  memberikan  pembinaan  atau  sanksi  kepada
              kepala  daerah  dan  Gubernur  DKI  Jakarta  yang  tidak  memahami  peraturan  perundangan,
              sehingga mengakibatkan melemahnya sistem pemerintahan," katanya.

              Bau Politik Di sisi lain, pengusaha menilai Anies merevisi besaran UMP demi kepentingan politik
              jelang pilpres 2024. "Oh jelas (demi pilpres 2024)," ujar Wakil Ketua Umum Ketenagakerjaan
              Kadin Indonesia Adi Mahfudz Wuhadji.

                                                           28
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34