Page 30 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 30

Lantas, bagaimana cara menyelesaikan kisruh revisi UMP DKI? Pengamat ketenagakerjaan dari
              UGM Tadjudin Nur Effendi menilai Anies jelas melanggar pedoman pusat soal penetapan besaran
              UMP.  Memang,  penetapan  akhir  besaran  UMP  ada  di  tangan  gubernur,  tapi  formulanya
              seharusnya tetap berpedoman pada aturan dari pemerintah pusat, yakni PP 36/2021.

              Dengan begitu, suka tidak suka, aturan ini harus dijalankan kecuali ada hal-hal yang membuat
              PP tersebut tidak berlaku dan mengacu pada formula di aturan yang lain.

              "Penetapan memang di mereka (gubernur), tapi penyesuaian harus ikut pusat," tutur Tadjudin
              kepada CNNIndonesia.com.

              Kesalahan  lain,  yaitu  Anies  tidak  melibatkan  musyawarah  tripatrit  dalam  perubahan  besaran
              UMP. Padahal, sudah jelas-jelas, kalangan pengusaha dan serikat buruh perlu diajak komunikasi
              dalam proses penetapan besaran UMP.

              "Dan tidak boleh tinggalkan perusahaan, harus ingat dengan tripatrit dan menurut saya, Pak
              Anies tidak mengikutkan pengusaha," imbuhnya.

              Untuk  itu,  sambung  Tadjudin,  pemerintah  pusat  harus  segera  'turun  tangan'  menyelesaikan
              kisruh revisi UMP DKI. Bahkan, menurutnya, pemerintah pusat layak memberi sanksi.

              "Karena sudah ada formulanya, kalau dia tidak ikut, berarti langgar pusat, dan harusnya ada
              sanksinya dari pusat. Tapi apa sanksinya, ada tidak di Kemendagri dan pusat?" terang dia.

              Kendati begitu, Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Benni Irwan mengatakan kementerian
              masih mempelajari soal kisruh revisi UMP DKI. Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri
              Akmal Malik belum juga memberi tanggapan kepada redaksi hingga berita ini diturunkan.

              "Saat ini, kami sedang mempelajari permasalahan tersebut," ucap Benni.

              Kepala Biro Humas Kementerian Ketenagakerjaan Chairul Harahap menyayangkan keputusan
              Anies yang mengubah besaran UMP DKI 2022 dan tak mengikuti formula PP 36/2021. Namun,
              ia memberi sinyal hal ini tidak serta merta salah bila merujuk pada PP 36/2021.

              Sebab, menurut PP, pemerintah pusat memang memberi pedoman formula perhitungan besaran
              UMP kepada kepala daerah. Namun, keputusan dan penetapan akhir sebenarnya ada di kepala
              daerah.
              "Terkait  upah,  memang  leading  sector-nya  Kemnaker,  tapi  penetapan  itu  harus  bicara
              kewenangan dan dalam hal ini ditetapkan kepala daerah," jelasnya.

              "Jadi kalau tidak ikuti regulasi yang ada, referensi kita Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun
              2014 tentang Pemerintah Daerah," lanjutnya.

              Berdasarkan  Pasal  68  UU  23/2014,  kepala  daerah  dan/atau  wakil  kepala  daerah  yang  tidak
              melaksanakan program strategis nasional dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis
              oleh  menteri  untuk  gubernur  dan/atau  wakil  gubernur  serta  oleh  gubernur  sebagai  wakil
              pemerintah pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota.


              Sanksi ini berupa teguran tertulis sampai dua kali berturut-turut. Bila kepala daerah tetap tidak
              melaksanakan, maka bisa diberhentikan sementara selama tiga bulan. Namun, kalau setelah
              pemberhentian sementara tetap tidak dilakukan, maka bisa diberhentikan secara permanen.

              "Kalau bicara soal upah minimum itu merupakan program strategis nasional yang wajib dipatuhi
              dan dilaksanakan oleh kita semua," imbuh dia.



                                                           29
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35