Page 514 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 514

REVISI UMP 2022 DKI JAKARTA BIKIN FRESH GRADUATE MAKIN SULIT CARI
              KERJA
              Jakarta  Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo),  Hariyadi  Sukamdani,  tegas
              menolak  revisi  upah  minimum  provinsi  (UMP)  yang  ditetapkan  Gubernur  DKI  Jakarta  Anies
              Baswedan.

              Revisi  UMP  DKI  Jakarta  dengan  kenaikan  sebesar  5,1  persen  menjadi  Rp  4,6  juta  tersebut
              dianggap telah menyalahi ketetapan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2021
              tentang Pengupahan. Utamanya dalam menerapkan program jaring pengaman sosial atau social
              safety net.

              "Maka upaya penetapan upah minimum jadi social safety net jadi sulit dilaksanakan, terutama
              pada struktur skala upah," keluh Hariyadi dalam sesi teleconference, Senin (20/12/2021).

              Menurut dia, pembayaran gaji sesuai upah minimum provinsi berlaku bagi fresh graduate atau
              para pencari kerja baru yang masih nol pengalaman. Jika kenaikan UMP DKI jadi diterapkan,
              otomatis pengusaha akan mencari pekerja yang lebih berpengalaman.

              "Sebagaimana diketahui, UMP adalah upah untuk pekerja yang baru mulai bekerja, atau nol
              pengalaman. Bisa dibayangkan, dalam penerapan ini masih gunakan konsep lalu upah rata-rata,
              maka ruang berlakukan upah struktural jadi sulit. Ini jadi satu masalah juga," ungkapnya.

              "Ini juga akan timbulkan risiko yang besar untuk pencari kerja yang baru. Maka kesempatan
              pekerja pemula sulit, karena upah besar sehingga pengusaha cari yang berpengalaman," ujar
              Hariyadi.

              Oleh karenanya, pengusaha yang berkumpul dalam Apindo dan Kadin Indonesia punya sikap
              yang sama, yakni menentang revisi kenaikan UMP DKI Jakarta.
              "Pertama,  kita  minta  Kementerian  Ketenagakerjaan  berikan  sanksi  pada  kepala  daerah  yang
              melanggar aturan pengupahan, karena ciptakan iklim tidak kondusif pada ekonomi nasional,"
              tegas dia.



































                                                           513
   509   510   511   512   513   514   515   516   517   518   519