Page 103 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 103

"Jadi kalu kita lihat, sebenarnya OSS inisiatif yang baik dari pemerintah, untuk kita melakukan
              perizinan  secara  elektronik.  Tetapi,  dalam  implementasinya,  pemerintah  daerah  tidak  bisa
              terintegrasi OSS. Jadi sayang, tidak bisa dimaksimalkan penggunaan OSS," kata Shinta, Minggu
              (11/10).

              Menurut dia, dengan UU Ciptaker, perizinan usaha dari pemerintah daerah juga akan terintegrasi
              dengan OSS. Selain itu, menurut pemerintah pusat akan menerbitkan Norma Standar Prosedur
              Kriteria  (NSPK)  untuk  mengharmonisasi  peraturan  pemerintah  pusat  dan  daerah.  Dengan
              demikian, pemerintah dapat memberikan kepastian usaha yang lebih besar kepada investor.

              Shinta menekankan, investor yang akan dipermudah oleh UU Ciptaker bukan hanya perusahaan-
              perusahaan besar. Namun, pelaku usaha mikro,

              kecil,  dan  menengah  (UMKM)  yang  selama  ini  turut  menyediakan  lapangan  kerja  bagi
              masyarakat Indonesia, juga akan lebih mudah mendapatkan izin usaha. Perizinan usaha itu akan
              diatur  lebih  detil  dalam  Peraturan  Pemerintah  (PP)  dan  Peraturan  Presiden  (Perpres)  yang
              ditargetkan selesai dalam tiga bulan ke depan.

              "Jadi, UU ini harus ada peraturan pelaksananya dan itu akan memperjelas integrasi seperti apa,
              supaya OSS bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh investor. Jangan lupa, kalau bicara investor,
              tidak cuma investor yang besar. UMKM itu juga investor karena dia membuka lapangan usaha,"
              imbuh Shinta.

              Selain  itu,  dengan  lebih  banyak  mengajukan  perizinan  melalui  OSS,  intensitas  pertemuan
              langsung  antara  pelaku  usaha  yang  mengajukan  izin  dengan  pemberi  izin  akan  banyak
              berkurang. Potensi korupsi melalui pungutan liar, misalnya, bisa dihindari.

              "Dengan sendirinya prosedur akan terpangkas kalau dilakukan melalui elektronik. Pertemuan
              fisiknya dengan orang yang mengeluarkan izin akan berkurang sehingga membatasi korupsi.
              Saya rasa kuncinya di situ," ucap Shinta.
              Wakil Ketua Kadin Bidang Perindustrian Johnny Dar-mawan menilai, semangat UU Cipta Kerja
              adalah  mengatasi  sejumlah  sumbatan  investasi.  Imbasnya,  lapangan  pekerjaan  baru  akan
              tercipta dan ekonomi bisa melesat.

              UU Ciptaker, kata dia, tidak hanya berlaku untuk penanaman modal asing (PMA), melainkan juga
              penanaman  modal  dalam  negeri  (PMDN),  hingga  sektor  UMKM.  Selama  ini,  mereka  kerap
              menemui sejumlah hambatan saat ingin berinvestasi baru atau berekspansi.

              Hambatan yang paling sering ditemui, kata dia, adalah tumpang tindih aturan antara pemerintah
              pusat  dan  daerah,  hingga  antar  kementerian.  Contohnya,  ketika  Kementerian  Perindustrian
              (Kemenperin) sudah menyetujui rencana investasi suatu perusahaan, Kementerian Lingkungan
              Hidup  dan  Kehutanan  (LHK)  tidak  mengeluarkan  izin  analisis  mengenai  dampak  lingkungan
              (amdal). Akibatnya, perusahaan terkait tidak bisa berekspansi atau berinvestasi baru.
              Masalah seperti itu, kata dia, akan diselesaikan oleh pemerintah pusat melalui omnibus law.
              Imbasnya, investasi bisa mengalir yang berujung pada penciptaan lapangan kerja. Sebab, tanpa
              investasi, tidak akan ada pembukaan usaha baru, ekspansi, hingga penciptaan lapangan kerja.

              "Jadi, jangan berprasangka dahulu ke UU ini. Saya kira omnibus law bisa menjadi salah satu
              kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke angka 7%," kata dia, Minggu (11/10).

              Dia juga menilai, dengan omnibus law, pemerintah pusat bisa menganulir peraturan daerah yang
              dinilai menganggu iklim investasi. Hal ini jangan dimaknai sebagai sentralisasi, melainkan sebagai
              upaya untuk mengurai benang kusut yang selama ini mengganggu iklim investasi di Tanah Air.
              "Jadi, saat terjadi bottle-neeking, hal itu akan ditarik ke pusat untuk diselesaikan," kata dia.

                                                           102
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108