Page 105 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 105

Dia juga menyayangkan terjadinya aksi demo yang menolak UU tersebut. Ini berimbas terhadap
              kegiatan produksi di beberapa lokasi anggota Asaki, seperti di Tangerang dan Bekasi. "Demo
              membuat kegiatan logistik terganggu dan karyawan kesulitan masuk kerja," ucap Edy.

              Dia mengatakan, kondisi tersebut akan merugikan industri dan para pekerja sendiri. Apalagi, ada
              kekhawatiran  munculnya  klaster  baru  Covid-19  di  antara  para  pendemo.  "Harapannya  para
              pekerja  melalui  serikat  menempuh  jalur  konstitusi  di  MK  untuk  menyampaikan  keberatan,
              sehingga proses produksi dan usaha tidak terganggu," ujar Edy.

              Putus Mata Rantai Korupsi

              Pakar Hukum dari Universitas Padjajaran (Unpad) Romli Atmasasmita mengatakan, UU Ciptaker
              merupakan  undang-undang  all  embracing  acts  yang  memuat  lintas  sektoral  dan  lintas
              administrasi  pemerintahan  (pusat  dan  daerah),  rumit  dan  muhi  disiplin  hukum  administrasi,
              hukum pidana, ilmu ekonomi, keuangan dan perpajakan.

              Dia mengapresiasi langkah pemerintah dalam memutus mata rantai korupsi birokrasi lewat UU
              Cipta  Kerja.  "Saya  apresiasi  upaya  pemerintah  yang  telah  berani  menembus  'tembok  tebal'
              governmental corruption dan memutus mata rantai mafioso dan birokrat korup yang selama 75
              tahun masa pemerintahan tidak berhasil hanya sekadar mengandalkan Kejaksaan, Kepolisian,
              dan KPK," ujar Romli dalaMKeterangannya, Minggu (11/10).
              Romli  menganggap  kekhawatiran  UU  Ciptaker  akan  menyengsarakan  rakyat  sangat  absurdy
              tidak memiliki justifikasi filosofis, yuridis, dan sosiologis.

              Menurut Romli, UU Ciptaker dibentuk merujuk pada pengalaman buruk masa lalu sejak Orde
              Baru yang masih teijadi sampai saat ini, yaitu korupsi, maladministrasi, abuse of power dan suap,
              serta mafia-mafia di berbagai sektor.

              "UU  Ciptaker  memangkas  proses  perizinan  usaha  nasional  dan  mulinasional  sehingga  tidak
              menguntungkan pelayanan birokrasi yang terbukti korup dan suap," katanya.

              Selain itu, UU Ciptaker juga menghilangkan ego sektoral yang selama 75 pemerintahan berdiri,
              telah menghambat efisiensi administrasi.

              Oleh pihak yang kontra UU Ciptaker, kata dia, dianggap telah melemahkan dan menyengsarakan
              rakyat. Padahal, UU Ciptaker justru melemahkan dan menyengsarakan mafia, maladministrasi,
              korupsi, suap serta perilaku pemburu rente.




























                                                           104
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110