Page 104 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 104

Dalam  pandangan  Johnny,  upaya  pemerintah  untuk  melakukan  debirokrasi  sudah  dilakukan
              dengan merilis 16 paket ekonomi. Akan tetapi, paket-paket itu tidak berhasil, sehingga muncul
              omnibus law, yang diharapkan bisa mengatasi berbagai sumbatan investasi.

              Tarik Investasi

              Di sisi lain, dunia usaha mendukung UU Ciptaker, karena dirasa dapat menarik investasi baru
              dan  membuat  peningkatan  kualitas  tenaga  kerja  di  Indonesia.  Diharapkan  pihak-pihak  yang
              masih menolak UU tersebut dapat mengajukan judicial review atau hak uji materi ke Mahkamah
              Konstitusi (MK).

              Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani meyakini UU Cipta
              Kerja menguntungkan pengusaha, pekerja dan investor. Dia menilai UU ini akan membuat lebih
              banyak investasi yang masuk dan membuat lapangan pekerjaan akan lebih banyak tercipta.

              "Para pencari pekerja akan diuntungkan dan juga melindungi pekerja existing" kata dia.

              Hariyadi menyampaikan, sejak Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
              dijalankan, terjadi penyusutan yang sangat signifikan di dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini
              berbanding  terbalik  dengan  laju  pertumbuhan  angkatan  kerja  baru  yang  setiap  tahunnya
              mencapai 2 juta orang lebih.

              Penyusutan, kata dia, juga terjadi di PMA dan PMDN. Sebab, kebanyakan investasi mengalir ke
              pasar modal. "Saat ini, angkatan kerja kita 57% adalah tamatan SMP ke bawah. Tentunya, kami
              berharap lapangan kerja yang muncul adalah memang lapangan kerja berkualitas," kata dia.

              Hariyadi menjelaskan, untuk mencapai lapangan kerja yang berkualitas, tentunya masukan dari
              dunia usaha juga perlu diperhatikan. Salah satu yang menjadi perhatian para pengusaha adalah
              tingginya biaya tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan produktivitas yang memadai.
              "Ini yang dikeluhkan oleh hampir semua pelaku usaha, sehingga mereka tidak mungkin untuk
              bisa membuka lapangan kerja seperti apa yang diharapkan oleh kita semua," kata dia. Hariyadi
              mengungkapkan, proses pembahasan UU Cipta Kerja cukup dinamis dan melibatkan para serikat
              buruh. Mengenai adanya penolakan terhadap UU ini, Apindo menilai ini terjadi karena kurangnya
              pemahaman yang mendalam atas penjelasan ataupun butir-butir yang ada di dalam setiap pasal.

              Untuk  itu,  dia  meminta  kepada  seluruh  pelaku  usaha  membantu  sosialisasi  UU  tersebut  di
              perusahaan masing-masing, khususnya kepada pekerja sehingga mereka menjadi paham dan
              tidak perlu harus bereaksi di jalan.

              "Demo akan menimbulkan hal-hal yang kontra produktif. Apabila ada yang tidak sepakat dengan
              UU ini, tentunya terbuka peluang untuk melakukan judicial review di MK," kata Hariyadi.

              Ketua Umum Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menyatakan mendukung
              penuh  UU  Ciptaker.  Asaki  meyakini  dengan  penyederhanaan,  sinkronisasi  dan  pemotongan
              regulasi-regulasi yang selama ini terkesan berbelit-belit dan tumpang tindih, akan meningkatkan
              daya tarik dan membuat iklim investasi di Indonesia semakin baik dan menarik bagi investor
              asing maupun domestik.

              "Melalui  nvestasi-investasi  baru,  akan  tercipta  lapangan  kerja  yang  lebih  banyak  lagi.  Ini
              merupakan win win solution buat pemberi kerja dan para pekerja," ujar dia kepada Investor
              Daily. Edy mengatakan, pihaknya berharap dalam waktu satu atau dua tahun, UU Ciptaker akan
              memberi  dampak  bagi  industri,  termasuk  industri  keramik.  UU  ini  akan  memberikan  efek
              berganda (multiplier effect) dari investasi-investasi baru yang masuk, baik berupa peningkatan
              daya beli maupun bergairahnya kembali sektor properti.


                                                           103
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109