Page 118 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 118

Perwakilan  Gerakan  Kesejahteraan  Nasional  (Gekkanas)  dan  Ketua  Umum  Federasi  Pekerja
              Seluruh Indonesia Indra Munaswar, Minggu (11/10/2020), mengatakan, simpang siur informasi
              yang terjadi terkait RUU Cipta Kerja belakangan menjadi tidak terbendung.

              Sekretaris Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan, pemerintah akan segera
              membahas rancangan peraturan turunan. Untuk itu, akan dibuka forum tripartit nasional yang
              melibatkan serikat pekerja, buruh, dan pengusaha. Di isu ketenagakerjaan, ada 3-5 rancangan
              PP yang disiapkan.



              PEMERINTAH DIMINTA JUJUR DAN TERBUKA

              Sejumlah  klarifikasi  dari  pemerintah  terkait  RUU  Cipta  Kerja  dinilai  tidak  jujur,  parsial,  dan
              simpang siur. Kesimpangsiuran, antara lain, dipicu ketidakjelasan draf RUU yang beredar.
              Simpang siur informasi mengenai Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja semakin semrawut
              dengan klarifikasi pemerintah yang dinilai parsial dan tidak jujur. Pemerintah dan DPR didesak
              segera membuka draf RUU versi final serta tidak melanjutkan pembahasan rancangan peraturan
              turunan sebelum ada kepastian draf yang final.

              Perwakilan  Gerakan  Kesejahteraan  Nasional  (Gekkanas)  dan  Ketua  Umum  Federasi  Pekerja
              Seluruh Indonesia Indra Munaswar, Minggu (11/10/2020), mengatakan, simpang siur informasi
              yang terjadi terkait RUU Cipta Kerja belakangan menjadi tidak terbendung.
              Pertama,  pemerintah  dan  DPR  sendiri  mengatakan  belum  ada  draf  RUU  yang  final.  Kedua,
              mengacu ke draf paling akhir versi Rapat Paripurna DPR pada 5 Oktober 2020, pemerintah sejauh
              ini dinilai belum mengklarifikasi duduk persoalan secara komprehensif dan jujur.

              "Ini ibarat pembohongan publik. Ditambah belum ada kepastian soal draf. Kalau seperti itu, siapa
              pun tidak bisa mengklarifikasi dengan benar karena draf dari DPR saat Rapat Paripurna ternyata
              bukan yang paling final," kata Indra saat dihubungi di Jakarta.

              Pada Sabtu (9/10), Presiden Joko Widodo angkat bicara untuk mengklarifikasi sejumlah isu di
              RUU Cipta Kerja yang dinilai berkembang menjadi hoaks di tengah publik. Penjelasan Presiden
              saat itu banyak menyoroti isu-isu di kluster ketenagakerjaan.

              Isu  yang  disoroti  Presiden  adalah  penghapusan  upah  minimum  provinsi  (UMP),  upah
              minimuMKabupaten/kota  (U  MK),  dan  upah  minimum  sektoral  provinsi  (UMSP).  Presiden
              mengatakan bahwa isu itu tidak benar karena pada faktanya upah minimum regional (UMR)
              tetap ada.

              Presiden juga mengatakan, isu PHK sepihak tidak benar karena faktanya perusahaan tidak bisa
              mem-PHK secara sepihak. Isu lain yang diklarifikasi Presiden adalah perihal penghapusan cuti
              serta penghapusan jaminan sosial dan kesejahteraan pekerja. Presiden menegaskan, RUU tidak
              menghapus kedua hal itu.

              Menurut  Indra,  melihat  kesimpangsiuran  draf,  pemerintah  seharusnya  tidak  melanjutkan
              pembahasan rancangan peraturan turunan. Kementerian Koordinator Perekonomian mencatat,
              ada  35  peraturan  pemerintah  (PP)  dan  4  peraturan  presiden  yang  harus  diselesaikan
              kementerian dan lembaga dalam waktu satu bulan sesuai arahan Presiden.

              "Tidak ada cara lain, pembahasan rancangan PP itu harus batal dulu karena secara formil, RUU
              ini  masih  ngawur.  Mau  membahas  peraturan  turunan  seperti  apa  kalau  drafnya  juga  belum
              final?" kata Indra.



                                                           117
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123