Page 440 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 440

Ia melihat, sejak awal pemerintah tidak terbuka soal UU  Omnibus Law  Cipta Kerja, sehingga
              publik mengesankan UU ini tidak berpihak kepada rakyat.
              Tetapi, lanjutnya, berpihak kepada pengusaha, kelompok dan golongan tertentu saja yang ingin
              mengusai perekonomian Indonesia.

              "Kalau kata almarhum WS Rendra, maksud baik saudara untuk siapa?"  "Maksud baik saudara
              ada di pihak yang mana?"  "Pertanyaan-pertayaan ini terjadi karena tidak adanya keterbukaan
              dari awal," papar  Fahri Hamzah  .

              Oleh sebab itu,  Fahri Hamzah  menyebut saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah,
              untuk terus-menerus memberi penjelasan ke publik.

              Dan, meyakinkan publik  UU Cipta Kerja  berpihak kepada rakyat, bukan berpihak kepada yang
              lain.
              Di sisi lain,  Fahri Hamzah  juga meminta DPR ikut memberikan penjelasan ke publik, dan tidak
              cuci tangan usai mengesahkan  UU Cipta Kerja  dengan menyerahkan bola panasnya kepada
              pemerintah.

              Sebab, DPR yang berisi perwakilan partai politik adalah pihak yang dianggap paling bertanggung
              jawab, karena telah membahas dan mengesahkan UU tersebut secara cepat.

              "Itu saran saya kepada pemerintah dan DPR, semua anggota DPR yang sejak awal semua partai
              politik  sebenarnya  menyetujui  pembahasan,  meski  di  ujung  berbeda  pendapat  di  akhirnya."
              "Tetapi sejatinya mereka setuju, termasuk partai politik yang menolak," cetus Fahri Hamzah.

              Disahkan DPR  DPR mengesahkan RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang.

              Hal tersebut diputuskan dalam rapat paripurna masa persidangan I Tahun Sidang 2020-2021 di
              Gedung Nusantara DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (5/10/2020).

              "Berdasarkan yang telah kita simak bersama, saya mohon persetujuan. Bisa disepakati?" Tanya
              Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin selaku pimpinan rapat paripurna.


              "Setuju," jawab para anggota dewan.
              Sebelum  disahkan  menjadi  undang-undang,  Azis  mempersilakan  Ketua  Panja  Baleg  DPR
              Supratman Andi Agtas dan perwakilan sembilan fraksi, menyampaikan pandangan akhir terkait
              RUU Cipta Kerja.

              Setelah  itu,  Menko  Perekonomian  Airlangga  Hartarto  mewakili  pemerintah  menyampaikan
              pandangan akhir terkait RUU tersebut.

              Tampak hadir pimpinan DPR secara fisik selain Azis Syamsuddin, yaitu Ketua DPR Puan Maharani,
              Wakil Ketua DPR Ahmad Sufmi Dasco, dan Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel.

              Sementara,  perwakilan  pemerintah  yang  hadir  fisik  adalah  Menko  Perekonomian  Airlangga
              Hartarto, Menteri Agaria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

              Kemudian, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Menkumham Yasonna Laoly, Menteri Dalam
              Negeri Tito Karnavian, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.

              Lalu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

              Rapat paripurna diikuti 318 anggota dewan yang hadir secara fisik dan virtual, dari total anggota
              sebanyak 575 orang.

                                                           439
   435   436   437   438   439   440   441   442   443   444   445