Page 444 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 444

Berikut ini poin-poin yang disampaikan Johnny dan ditanggapi Presiden KSPI Said Iqbal.

              1. Benarkah uang pesangon akan dikurangi?  Menurut Kominfo pekerja yang di-PHK wajib diberi
              pesangon (Pasal 156) dan pekerja yang di-PHK akan menerima jaminan sosial JKP (Pasal 46D).

              Informasi  soal  pesangon  yang  turun dari  32 kali  menjadi  25  kali  upah  namun  ini  dipastikan
              Kominfo adalah informasi yang salah.

              Menurut Kominfo soal pesangon ini bukan nilainya yang berkurang melainkan manfaat yang
              diterima pekerja akan lebih banyak. Seperti akan adanya penggantian hak dan JKP.
              Sementara itu menurut Presiden KSPI Said Iqbal dalam UU Cipta Kerja uang pesangon dikurangi.

              "Bahkan hal ini diakui sendiri oleh Pemerintah dan DPR, jika uang pesangon dari 32 kali dikurangi
              menjadi 25 kali," ujarnya pada  Kompas.com  , Jumat (9/10/2020).

              Iqbal  mengatakan  hal  itu  terdiri  atas  19  kali  dibayar  pengusaha  dan  6  kali  melalui  Jaminan
              Kehilangan Pekerjaan atau JKP yang akan dikelola BPJS Ketenagakerjaan.
              "Lagipula masih belum jelas, yang oleh JKP itu 6 kali atau 6 bulan, karena kami tidak menemukan
              hal ini dalam omnibus law. Di mana bisa saja besarnya hanya sekian ratus ribu selama 6 kali,"
              katanya.

              KSPI  berpandangan,  ketentuan  mengenai  BPJS  Ketenagakerjaan  yang  akan  membayar
              pesangon sebesar 6 bulan upah tidak masuk akal.

              "Dari mana sumber dananya? Pengurangan terhadap nilai pesangon, jelas-jelas merugikan kaum
              buruh," ungkapnya.

              Selain itu, karena dalam omnibus law buruh kontrak dan outsourcing tanpa batasan jenis industri
              dan bisa "seumur hidup", maka besar kemungkinan tidak ada pengangkatan karyawan tetap.
              Ketika tidak pengangkatan, dengan sendiri pesangon akan hilang (tidak lagi didapatkan buruh).

              2. Benarkah UMP, UMK, UMSK, dan UMSP dihapus?  Menurut Kominfo, soal ketentuan upah
              minimun  kabupaten/kota  yang  dihapus  dipastikan  adalah  hoaks.  Sebab  gubernur  tetap
              diwajibkan untuk menetapkan upah minimum, baik provinsi dan kabupaten/kota.
              Selain itu, menurut Kominfo UMK menyesuaikan kondisi ekonomi dan UMK harus lebih tinggi
              daripada UMP.

              Sementara  itu  Said  mengatakan,  dalam  UU  Cipta  Kerja  Upah  Minimum  Sektoral  (UMSP  dan
              UMSK) dihapus. Sedangkan untuk UMK ada persyaratan.

              Menurut Said, dihapusnya UMSK dan UMSP merupakan bentuk ketidakadilan.
              Sebab sektor otomotif (seperti Toyota, Astra, dan lainnya) atau sektor pertambangan (seperti
              Freeport,  Nikel  di  Morowali  dan  lain-lain),  bisa  saja  nilai  upah  minimumnya  sama  dengan
              perusahan baju atau perusahaan kerupuk.

              "Itulah sebabnya, di seluruh dunia ada Upah Minimum Sektoral yang berlaku sesuai kontribusi
              nilai tambah tiap-tiap industri terhadap PDP negara," kata Said.

              Selain  itu  menurut  Said  adalah,  UMK  ditetapkan  bersyarat  yang  diatur  kemudian  oleh
              pemerintah.

              "Bagi KSPI, hal ini hanya menjadi alibi bagi Pemerintah untuk menghilangkan UMK di daerah-
              daerah yang selama ini berlaku, karena kewenangan untuk itu ada di pemerintah. Padahal dalam
              UU 13 Tahun 2003, UMK langsung ditentukan tanpa syarat," ungkapnya.
                                                           443
   439   440   441   442   443   444   445   446   447   448   449