Page 547 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 547

Amien Rasi menyebut, saat ini pejajahan ekonomi asing makin sempurna, akibat Presiden Joko
              Widodo (Jokowi) memprakarsai undang-undang tersebut dan disahkan DPR.
              Menurutnya, Omnibus Law pernah diterapkan di beberapa negara dan disebut sebagai undang-
              undang dengan kejahatan besar, serta praktik otoritarianisme.

              "Setelah  undang-undang  Omnibus  Law  yang  dijuluki  sebagai  undang-undang  sapu  jagat  itu
              disahkan, saya dapat menyimpulkan bahwa cengkraman ekonomi asing di negara kita makin
              kokoh," ujar Amien Rais dalam akun Youtube pribadinya, Jakarta, Jumat (9/10/2020).

              "Dimasa mendatang, baik rezim dan rakyat kita semua akan menjadi bangsa kacung. Saya tidak
              heran kalau para kacung asing itu, akan berteriak kencang seolah-olah tidak ada yang salah
              dalam undang-undang itu," sambung Amien.

              Omnibus Law Cipta Kerja, kata Amien, sebagai bukti paling akhir bahwa pemerintah dan DPR
              melakukan kezaliman multidimensional secara sekaligus.

              "Kaum buruh kita bakal lebih menderita karena outsourcing dapat menggusur kehidupan buruh
              sesungguhnya, kemudian juga pesangon yang akan dikurangi, tidak ada lagi UMSK, penetapan
              UMK yang dipersulit, tidak ada jaminan kesehatan, pemecatan buruh yang sepenuhnya menjadi
              hak pemodal, dan lain sebagainya," kata Amien.

              "Para  buzzers  dengan  bayaran  uang  haram,  akan  memeras  pikiran  untuk  mencari-cari
              pembenaran buat sesuatu yang jelas-jelas merugikan kepentingan bangsa sendiri," sambung
              Amien.

              Naskah  UU Cipta Kerja  Belum Rapi  Badan Legislasi (DPR) masih merapikan naskah Undang-
              Undang Cipta Kerja yang telah disahkan saat Rapat Paripurna DPR, Senin (5/10/2020).

              "Sampai  hari  ini,  kami  sedang  rapikan  (kami  baca  dengan  teliti)  kembali  naskahnya,  jangan
              sampai ada salah typo dan sebagainya. Nanti hasil itu akan segera di kirim ke Presiden untuk
              ditandatangani jadi undang-undang dan sudah bisa dibagikan ke masyarakat," kata Anggota
              Baleg DPR Firman Soebagyo dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (8/10/2020) .

              Menurutnya, saat ini banyak beredar draf RUU Cipta Kerja yang belum final di publik dan media
              sosial, seperti cuti haid, cuti kematian, upah minimum, yang saat ini di undang-undang sudah
              mengalami perubahan.

              "Beredar  di  media  sosial,  kemudian  viral  dan  justru  itu  memprovokasi.  Baik  itu  dari  buruh,
              maupun  masyarakat  dan  mahasiswa  karena  kurang  akuratnya  wdata  serta  informasi  yang
              diperoleh," papar politikus Golkar itu.

              Karena  itu,  Firman  mengajak  semua  pihak  untuk  sama-sama  meluruskan  informasi  terkait
              Undang-Undang Cipta Kerja ke masyarakat secara baik.

              "Anggota DPR, masyarakat, tokoh masyarakat, lembaga ikut mendorong kenadalikan masalah
              informasi tidak benar ini," kata Firman.

              Naskah  UU Cipta Kerja  yang belum rapi tersebut dianggap aneh.

              Padahal aturan tersebut sudah disahkan saat rapat paripurna DPR.

              Ahli hukum tata negara pada Universitas Andalas, Feri Amsari, menganggap aneh pernyataan
              anggota Badan Legislasi DPR Firman Soebagyo yang menyebut belum ada naskah final RUU
              Cipta Kerja.




                                                           546
   542   543   544   545   546   547   548   549   550   551   552