Page 391 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 391

Pembukaan  Rakor  dihadiri  Menteri  Ketenagakerjaan,  Ida  Fauziyah;  Kepala  BP2MI,  Benny
              Rhamdani; Dirjen Binapenta dan PKK Kemnaker, Suhartono; Dirjen Binalattas, Budi Hartawan;
              dan Pejabat Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan Kemnaker.

              Menaker  Ida  mengemukakan,  sejumlah  persoalan  menyangkut  implementasi  UU  PPMI  perlu
              penanganan segera. Di antaranya, pelaksanaan tentang pasal 39 huruf o.

              Menurut Ida, pasal tersebut mengamanatkan pemerintah pusat mempunyai tugas dan tanggung
              jawab menyediakan dan memfasilitasi pelatihan calon PMI. Tanggung jawab tersebut melalui
              pelatihan vokasi yang anggarannya berasal dari fungsi pendidikan.

              Namun  dalam  praktiknya,  belum  ada  kejelasan,  baik  dari  tingkat  pusat  sampai  ke  provinsi,
              kabupaten/kota. "Hal ini harus menjadi prioritas pemikiran kita bersama, agar dapat memberi
              kejelasan kepada pemerintah daerah dan juga memberi kepastian berusaha kepada stakeholder
              kita, khususnya kepada P3MI," kata Menaker Ida, dalam keterangan pers, Jumat (16/10).

              Persoalan lain yang dikemukakan Menaker Ida, tentang interkoneksi sistem. Dia mengatakan,
              sampai saat ini, interkoneksi sistem masih menjadi persoalan karena terlalu banyaknya sistem
              yang ada dalam birokrasi.

              Ida menginginkan, semua sistem yang terlibat dalam proses penempatan PMI berpusat pada
              SISNAKER yang sudah dibuat di Kemnaker. Menurutnya, SISNAKER yang telah dibuat dan masih
              terus dikembangkan ini pada hakikatnya merupakan suatu ekosistem dalam rangkaian layanan
              ketenagakerjaan, dari mulai layanan antar kerja, informasi pasar kerja, penyuluhan bimbingan
              jabatan, perantaraan kerja, pelatihan, sertifikasi, hingga wajib lapor ketenagakerjaan.

              "Hal ini penting agar kita mempunyai big data yang real time. Karena data yang valid berdampak
              pada keputusan yang benar," ucapnya.

              Selain kedua persoalan di atas, dia juga menyinggung sulitnya klaim di BPJS Ketenagakerjaan,
              pembebasan biaya penempatan PMI, dan pemberdayaan PMI dan keluarga.

              Sementara Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, menyatakan, terdapat tiga Rancangan Peraturan
              Pemerintah  sebagai  amanat  UU  No.  18/2017  yang  masih  belum  diselesaikan.  Padahal,  kata
              Benny, tiga RPP itu sangat dibutuhkan pada waktu sekarang ini.

              Ketiga  RPP  tersebut  tentang  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia;  Penempatan  dan
              Pelindungan Awak Kapal Niaga Migran dan Awak Kapal Perikanan Migran; serta tentang tugas
              dan wewenang atase ketenagakerjaan.

              "Pesan Presiden sangat jelas dan tegas, jangan pernah ada lagi PMI kita yang dianiaya di luar
              negeri. Jangan sampai PMI kita dibebani dengan berbagai biaya dan hutang yang pada akhirnya
              memupus mimpi-mimpi mereka untuk sejahtera, membajak harapan mereka untuk menjadikan
              keluarga mereka lebih sejahtera'," papar Benny.

              Oleh  karena,  lanjut  Benny,  pasal  4  di  Perkabadan  secara  tegas  menyebutkan,  PMI  dan
              keluarganya tidak dapat dibebani pinjaman yang dipaksakan secara sepihak oleh pihak manapun
              sebagai  biaya  penempatan  yang  menimbulkan  kerugian  sepihak  dan/atau  berakibat  pada
              pemotongan penghasilan selama bekerja di negara tujuan penempatan.










                                                           390
   386   387   388   389   390   391   392   393   394   395   396