Page 53 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 53

Proses  penyusunan  RUU  CK  melibatkan  partisipasi  publik  (Serikat  Pekerja,  Pengusaha),
              Kementerian/ Lembaga, Praktisi, Akademisi dan Lembaga lain
              Rumusan klaster Ketenagakerjaan di RUU CK merupakan intisari hasil kajian ahli, pembahasan
              FGD, dan hasil rembug Tripartit (Pemerintah, Pekerja dan Pengusaha)

              Pembahasan Panja di Baleg lebih dari 60 kali, dilakukan terbuka dan disiarkan secara live di TV
              Parlemen, melibatkan Pemerintah, DPR RI, DPD RI dan Stakeholder terkait

              Panja di Baleg DPR RI telah melakukan beberapa kali RDPU (Rapat Dengar Pendapat Umum)
              mengundang para Ahli, Praktisi, Akademisi, Organisasi Nasional/ Internasional untuk masukan
              RUU CK.

              Prinsip Umum klaster Ketenagakerjaan

              Bertujuan untuk penguatan perlindungan tenaga kerja dan kesejahteraan pekerja/buruh

              Penyusunan  ketentuan  klaster  ketenagakerjaan  memperhatikan  hasil  putusan  Mahkamah
              Konstitusi atas uji materi UU 13/2003.

              Ketentuan mengenai sanksi ketenagakerjaan dikembalikan kepada UU 13/2003.

              * TKA hanya dalam hubungan kerja untukjabatan tertentu dan waktu tertentu serta memiliki
              kompetensi sesuai jabatan yang akan duduki.

              * Setiap pemberi kerja untuk TKA, wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
              (RPTKA)

              *  TKA  dilarang  menduduki  jabatan  tertentu.  Pemberi  kerja  orang  perseorangan  dilarang
              mempekerjakan TKA.

              * Pemberi kerja TKA wajib menunjuk TK WNI mendampingi TKA, untuk alih teknologi dan alih
              keahlian

              Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

              PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang akan selesai dalam waktu tertentu,
              dan tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

              Apabila PKWT berakhir, pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada Pekerja sesuai
              masa kerja.


              Syarat PKWT tetap mengacu pada UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dengan penyesuaian
              terhadap perkembangan kebutuhan dunia kerja

              Waktu Kerja

              Waktu kerja tetap mengikuti ketentuan UU 13/2003 yaitu:

              7 jam sehari & 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu

              8 jam sehari & 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu

              Memberikan  pengecualian  untuk  sektor  usaha  atau  pekerjaan  tertentu  yang  sifat/kondisinya
              perlu waktu kerja khusus (ekonomi digital, pertambangan dll)

              Waktu  kerja  lembur  tidak  boleh  melebihi  4  jam  dalam  1  hari  dan  18  jam  dalam  1  minggu,
              pengusaha wajib membayar upah kerja lembur.

                                                           52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58