Page 172 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 172

5. Mahfud MD Soal isu Naskah Diubah Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
              Mahfud MD menyebut ada enam versi Undang-Undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja di meja
              kerjanya.

              Dari  enam  versi  tersebut,  empat  di  antaranya  merupakan  naskah  yang  dibuat  pemerintah
              sebelum dikirim ke DPR.

              Mahfud mengungkapkan hal tersebut ketika ditanya Karni Ilyas terkait dengan kontroversi di
              masyarakat tentang banyaknya versi UU Omnibus Law Cipta Kerja.

              "Itu di meja saya itu sudah ada naskah enam versi. Saya mulai dari yang di eksekutif dulu. Di
              eksekutif sendiri itu saya punya empat di meja saya," kata Mahfud saat wawancara dengan Karni
              Ilyas  dalam  tayangan  bertajuk  Karni  Ilyas  Club  -  "Sekarang  Anda  Bohong,  Besok  Dibongkar
              Orang" yang tayang perdana di kanal Youtube Karni Ilyas Club pada Minggu (18/10/2020).

              Mahfud menjelaskan hal itu di antaranya karena pemerintah coba mengakomodir respon dari
              masyarakat terkait dengan isi dari UU Omnibus Law Cipta Kerja.

              "Karena memang semula itu Undang-Undangnya kan, ya sembilan ratus sekian lah. 970 atau
              berapa.  Sesudah  beredar  di  masyarakat  diprotes.  Berubah,  menjadi  menebal.  Diprotes  lagi,
              berubah  lagi.  Sehingga  yang  versi  pemerintah  pun  itu  sudah  beberapa  kali  karena  diubah
              sebelum masuk ke DPR," kata Mahfud.

              Setelah pemerintah mengirimkannya ke DPR, kata Mahfud, naskah UU Omnibus Law Cipta Kerja
              tersebut juga sempat mengalami perubahan.

              "Nah sesudah masuk ke DPR kan juga ada berubah, pasal 170 diubah, pasal ini diubah. Terus
              berubah terus tapi panjang," kata Mahfud.

              Namun demikian ia mempertanyakan kebenaran kabar yang menyebut UU tersebut berubah
              isinya setelah DPR melakukan pengesahan di rapat paripurna.

              Sejauh ini yang ia dengar adalah naskah tersebut hanya mengalami perubahan dari sisi teknis
              misalnya jenis huruf atau spasi.

              "Nah  memang  yang  agak  serius  bagi  saya,  yang  harus  dijawab  oleh  DPR  itu,  sesudah  palu
              diketok,  itu  apa  benar  sudah  berubah,  atau  hanya  soal  teknis.  Yang  saya  dengar  itu  tidak
              berubah. Jadi semula dicetak dengan font tertentu yang lebih besar, dengan spasi yang lebih
              besar menjadi 1.035. Tapi sesudah fontnya dikecilkan menjadi 812 halaman. Benar apa tidak,
              nanti  kan  bisa  dicocokkan  saja.  Kan  mestinya  ada  dokumen  untuk  mencocokkan  itu,"  kata
              Mahfud.

              Mahfud menambahkan jika isi naskah tersebut mengalami perubahan setelah disahkan oleh DPR
              dalam rapat Paripurna maka naskah UU tersebut menjadi cacat formal.

              Lebih jauh, jika naskah UU tersebut mengalami cacat formal maka Mahkamah Konstitusi (MK)
              bisa membatalkan UU tersebut.

              Sebagai Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud pun menceritakan pengalamannya ketika
              itu pernah membatalkan seluruh Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan.

              Waktu itu, kata Mahfud, UU tersebut hanya diuji tiga pasal.

              Namun  karena  formalitasnya  salah  dan  bertentangan  dengan  konstitusi  maka  UU  tersebut
              dibatalkan seluruhnya.




                                                           171
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176   177