Page 96 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 96

skorsing dijatuhkan karena kedua perusahaan tersebut terbukti melakukan berbagai pelanggaran
              dalam proses penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI).
              "Sanksi skorsing diberikan sebagai salah satu upaya Kemnaker untuk meningkatkan pelindungan
              PMI  dan  melakukan  pengawasan  yang  lebih  baik  terhadap  P3MI,"  kata  Dirjen  Pembinaan
              Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Binapenta & PKK) Kemnaker,
              Suhartono, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id , Selasa (20/10).

              Suhartono mengungkapkan, PT BM terbukti melakukan pelanggaran dengan menempatkan 83
              PMI tak sesuai jabatan dan jenis pelanggaran sebagaimana tercantum dalam perjanjian kerja
              serta tidak memenuhi hak-hak PMI yang seharusnya diterima. Sementara itu, PT ASR dijatuhkan
              sanksi atas pelanggaran yang sama terhadap 16 PMI.

              "Sanksi kepada dua perusahaan ini berdasarkan Permenaker Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata
              Cara Pengenaan Saksi Administratif Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Pelindungan PMI dan
              UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia," jelasnya.
              Suhartono mengatakan, agar sanksi berjalan efektif, pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan
              Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Imigrasi, dan Dinas yang bertanggung jawab di
              bidang  Ketenagakerjaan  provinsi,  kabupaten/kota,  serta  stakeholder  terkait.  Ia  menyebut,
              Kemnaker  terus  berkomiten  meningkatkan  pelindungan  terhadap  PMI  dengan  melakukan
              pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan penempatan.

              "Kemnaker akan menindak tegas terhadap setiap pelanggaran dan akan menindaklanjuti setiap
              bentuk pelanggaran pidana ketenagakerjaan melalui koordinasi dengan kepolisian," ujarnya.

              Suhartono mengungkapkan, sejak tahun 2012 sampai Maret 2020, Kemnaker telah melakukan
              skorsing  atau  pembekuan  terhadap  505  perusahaan  penempatan  pekerja  migran.  Masalah
              utama penyebab pemberian sanksi adalah menempatkan ke Hong Kong tanpa mendaftarkan
              PMI di Sistem Komputerisasi Tenaga Kerja Luar Negeri (SISKOTKLN).
              Selain itu, mereka juga melakukan perekrutan calon PMI tanpa Surat Izin Perekrutan (SIP) dan
              tidak memberikan pelindungan sesuai perjanjian penempatan. Sejak tahun 2012 sampai Maret
              2020, Kemnaker juga sudah mencabut 252 perusahaan penyalur.

              "Tiga masalah yang mendominasi ialah tidak menambah bilyet deposito sebesar Rp1,5 miliar
              sesuai dengan Permenaker Nomor 10 Tahun 2019, terlambat mengajukan perpanjangan, dan
              merekrut serta menempatkan tak sesuai prosedur," kata Suhartono.



























                                                           95
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101