Page 81 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 FEBRUARI 2021
P. 81

TOLAK ISI PP TURUNAN UU CIPTA KERJA, KSPI MINTA PRESIDEN TUNDA
              PEMBERLAKUANNYA
              JAKARTA,   - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (   KSPI  ) menolak seluruh isi Peraturan
              Pemerintah  (PP)  aturan  turunan  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerja  terkait  klaster
              ketenagakerjaan.

              Untuk itu, Presiden KSPI  Said Iqbal  meminta Presiden Joko Widodo menunda pemberlakuan 4
              PP aturan turunan  UU Cipta Kerja  klaster ketenagakerjaan yakni Nomor 34, 35, 36 dan 37.

              "Kami meminta dengan segala hormat kepada Bapak Presiden Jokowi untuk mempostpone dulu
              lah pemberlakuan 4 PP ini. Ditunda dululah, apalagi dengan pandemi Covid-19," kata Said dalam
              konferensi pers, Kamis (25/2/2021).

              Menurut Said, Presiden perlu menunda pemberlakuan ini karena PP tersebut sangat merugikan
              para buruh atau tenaga kerja.

              Ia menemukan banyak masalah yang ada dalam PP Nomor 34 hingga 37. Pertama, soal PP 34
              tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA).

              Said menilai, TKA bisa bekerja di Indonesia hanya dengan memiliki Rencana Penggunaan Tenaga
              Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk dan diajukan secara
              daring.

              "TKA juga bisa masuk, tanpa mendapat pengesahan RPTKA, pada jenis kegiatan produksi yang
              terhenti  karena  keadaan  darurat,  vokasi,  perusahaan  rintisan  berbasis  teknologi,  kunjungan
              bisnis, dan penelitian untuk jangka waktu tertentu," kata dia.

              Kedua, ia juga mempersoalkan PP Nomor 35 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT),
              Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, serta Pemutusan Hubungan Kerja.

              Menurut dia, kompensasi untuk PKWT yang diberhentikan sebelum berakhirnya masa kontrak
              lebih rendah dari UU Ketenagakerjaan.

              "UU  Ketenagakerjaan  mewajibkan  ganti  rugi  sebesar  upah  selama  sisa  kontrak  yang  belum
              dilanjutkan.  Sementara  di  PP  itu  perusahaan  diperbolehkan  membayar  pesangon  sebesar
              setengah dari ketentuan yang telah ditetapkan. Jelas lebih rendah kompensasi yang akan didapat
              PKWT," uja Said.

              Selain itu, ia juga menolak isi PP 36 tentang Pengupahan. Ia mempersoalkan adanya upah per
              jam yang tidak ada batasan, jenis industri yang boleh menerapkan.

              Menurut dia, hal ini akan membuat semua industri akan menerapkan sistem upah per jam. Hal
              ini juga akan membuat buruh merugi.

              Untuk PP 37 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP), ia menyoroti adanya
              persoalan  sumber  pendanaan  JKP  berpotensi  menyebabkan  kenaikan  iuran  BPJS
              Ketenagakerjaan jika dana tidak mencukupi.


              "Sumber pendanaan JKP sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) PP 37 merupakan rekomposisi
              dari  iuran  program  Jaminan  Kecelakaan  Kerja  dan  Jaminan  Kematian,  sehingga  berpotensi
              menyebabkan kenaikan iuran BPJS Ketenagakerjaan jika dana tak cukup," kata dia.

              Oleh  karena  itu,  ia  mendesak  Presiden  Jokowi  untuk  menunda  pemberlakuan  4  PP  tersebut
              karena dinilai sangat merugikan buruh.




                                                           80
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86