Page 163 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JULI 2021
P. 163

mengusulkan revisi untuk bidang-bidang yang dapat dimasukkan pada kategori sektor esensial
              dan nonesensial serta kritikal agar lebih sesuai dengan kebijakan masa PPKM Darurat.
              Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi menjelaskan, usulan revisi
              sektor esensial itu mencakup tiga hal. Pertama dalam sektor keuangan dan perbankan, diusulkan
              hanya  meliputi  asuransi,  bank  yang  berorientasi  pada  customer  service,  dana  pensiun,  dan
              lembaga pembiayaan.

              Kedua, sektor teknologi informasi dan komunikasi meliputi operator seluler, data center, internet,
              pos,  dan  pekerja  media  terkait  peran  penyebaran  informasi  yang  resmi  dan  benar  dari
              pemerintah  kepada  masyarakat.  Ketiga  pada  industri  orientasi  ekspor,  diusulkan  agar  pihak
              perusahaan  harus  dapat  menunjukkan  bukti  contoh  dokumen  Pemberitahuan  Ekspor  Barang
              (PEB) selama 12 bulan terakhir atau dokumen lain yang menunjukkan rencana ekspor, dan wajib
              memiliki IOMKI (Izin Operasional Dan Mobilitas Kegiatan Industri).

              Untuk semua bidang di atas, dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50 persen staf.
              Sementara  bidang  yang  masuk  sektor  kritikal  diusulkan  meliputi  kesehatan,  keamanan  dan
              ketertiban masyarakat, energi, logistik, transportasi dan distribusi terutama untuk kebutuhan
              pokok masyarakat makanan dan minuman dan penunjangnya, termasuk untuk ternak/hewan
              peliharaan,  petrokimia,  semen  dan  bahan  bangunan  objek  vital  nasional,  proyek  strategis
              nasional, maupun proyek konstruksi utilitas dasar (listrik, air, pengelolaan sampah).

              Adapun bidang kesehatan, keamanan, dan ketertiban masyarakat dapat beroperasi maksimal
              dengan kehadiran 100 persen staf tanpa ada pengecualian. Untuk bidang energi sampai dengan
              utilitas dasar dapat beroperasi 100 persen dengan staf maksimal hanya pada fasilitas produksi,
              konstruksi, dan pelayanan kepada masyarakat. Sementara operasi perkantoran yang bertujuan
              mendukung operasional, kehadiran stafnya maksimal 25 persen.

              "Dalam waktu singkat, Menteri Dalam Negeri akan segera melakukan revisi terhadap peraturan
              sektor esensial, non esensial, dan kritikal ini," kata Dedy dalam konferensi pers perkembangan
              terbaru dalam PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali dan PPKM Mikro di wilayah lain di Indonesia,
              Rabu (7/7).

              Untuk  diketahui,  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauzitah  menerbitkan  Surat  Edaran  tentang
              Optimalisasi Penerapan Protokol Kesehatan di Tempat Kerja dan Penyediaan Perlengkapan serta
              Sarana Kesehatan bagi Pekerja/Buruh oleh Perusahaan Selama Pandemi Covid-19 pada 3 Juli
              2021. Ida pun meminta perusahaan mematuhi aturan pengetatan aktivitas di tempat kerja dalam
              pelaksanaan PPKM Darurat.

              Dedy juga menyebut, Menaker Ida meminta para gubernur untuk mengimbau pengusaha atau
              pemimpin  perusahaan  agar  mengoptimalkan  pelaksanaan  edaran  tentang  Rencana
              Keberlangsungan  Usaha  dalam  Menghadapi  Pandemi  Covid-19  dan  Protokol  Pencegahan
              Penularan Covid-19 di Perusahaan yang telah diterbitkan sebelumnya.

              "Bagi  para  pimpinan  perusahaan,  Rencana  Keberlangsungan  Usaha  hanya  efektif  apabila
              diterapkan. Sekali lagi saya ulangi pesan Koordinator PPKM Darurat, pelajari dan laksanakan,"
              ujar Dedy.

              Aturan Perjalanan Internasional Penerapan masa karantina dan bukti vaksinasi lengkap sebagai
              salah  satu  prasyarat  perjalanan  internasional  memasuki  Indonesia  ditetapkan  pemerintah
              berdasarkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

              Menurut  Dedy,  WHO  tak  pernah  menginstruksikan  penutupan  perbatasan  selama  pandemi
              Covid-19. WHO menyerukan agar perjalanan internasional selalu diprioritaskan untuk keadaan
              darurat dan tindakan kemanusiaan, juga perjalanan personel esensial dan sangat penting seperti
                                                           162
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168