Page 227 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2020
P. 227

BURUH JABAR DESAK RIDWAN KAMIL IKUT TOLAK OMNIBUS LAW

              Jakarta  Gabungan kelompok buruh dari Aliansi  Buruh  Jabar (AJB) menuntut Gubernur Ridwan
              Kamil  ikut  serta  menolak  disahkannya  omnibus  law  oleh  pemerintah  pusat.  Pasalnya  dalam
              materi rancangan omnibus law, terindikasi adanya aturan yang merugikan kesejahteraan buruh.

              Menurut  juru  bicara  AJB  Roy  Jinto  Ferianto,  desakan  terhadap  Gubernur  Ridwan  Kamil  itu
              dilayangkan karena pemerintah setempat dianggap mendukung diberlakukannya omnibus law.
              Roy menjelaskan hal itu terlihat dari beberapa kebijakan yang diambil sebelumnya oleh Ridwan
              Kamil.

              "Ya kita berharap ini disampaikan walaupun kita pesimis. Pertama aneh di Jawa Barat, di 34
              provinsi  (hanya)  Jawa  Barat  yang  mengeluarkan  SE  (surat  edaran  upah  minimum  provinsi)
              tanggal 21 November 2019, sedangkan provinsi - provinsi yang lain tidak. Dan ini seolah - olah
              gubernur sudah secara tidak langsung menurut kaca mata buruh, sudah setuju dengan omnibus
              law. Karena memang di omnibus law, UMK  itu dihapus jadi gitu," ujar Roy di depan Kantor
              Gubernur Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Bandung, Selasa, 25 Agustus 2020.

              Roy  berharap  Gubernur  Ridwan  Kamil  menyampaikan  penolakan    buruh    soal  omnibus  law
              kepada Presiden dan DPR RI, serta klaster ketenagakerjaan dikeluarkan dari omnibus law. Roy
              menuturkan  materi  dalam  klaster  ketenagakerjaan  terdapat  68  pasal  dan  aturan  itu  sudah
              tercantum dalam Undang - undang 13 Tahun 2003.

              Roy mengaku kelompok buruh sebenarnya mendukung adanya kemudahan perizinan investasi
              untuk meningkatkan sektor ekonomi oleh pemerintah. Tetapi klaster ketenagakerjaan sebut Roy,
              harus segera dikeluarkan dari rancangan omnibus law.

              "Kita setuju masuknya investasi masuk ke republik ini. Tetapi dengan seiring adanya investasi,
              kita ingin tetap bahwa kesejahteraan buruh tidak dikurangi. Oleh karena itu, kita sepakat ada
              empat poin bahwa adanya keputusan MK yang dimenangkan buruh soal out sourching, upah
              minimum dan PHK dan lain sebagainya, itu akan dkembalikan pada Undang - undang 13. Itu
              juga berlaku untuk sanksi pidana," tutur Roy.

              Sayangnya  dalam  siaran  pers  soal  hal  tersebut,  Roy  mengungkapkan  adanya  pemotongan
              informasi. Sehingga seolah - olah buruh menyepakati soal omnibus law ini.
              Padahal dalam kenyataannya hasil pertemuan dengan DPR RI, bahwa kelompok  buruh  meminta
              kluster  ketenagakerjaan  dikeluarkan  dari  11  klaster  yang  masuk  dalam  omnibus  law.  (Arie
              Nugraha)    " di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
              Puluhan ribu  buruh  melakukan aksi unjuk rasa yang dipusatkan di Menko Perekonomian dan
              DPR RI, Selasa (25/8/2020).

              Menurut  Presiden  KSPI  Said  Iqbal,  bersamaan  dengan  aksi  di  Jakarta,  aksi  juga  serentak
              dilakukan di berbagai daerah dengan mengusung isu yang sama.
              "Beberapa provinsi yang akan melakukan aksi antara lain, Jawa Barat di Gedung Sate Bandung,
              Banten di Serang, Jawa Tengah di Semarang, Jawa Timur di Gedung Grahadi Surabaya," kata
              Said Iqbal.

              Lebih lanjut dia mengatakan, aksi serupa juga akan dilakukan di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera
              Utara, Bengkulu, Riau, Batam, Lampung, Banjarmasin, Samarinda, Gorontalo, Makasar, Manado,
              Kendari, Mataram, Maluku, Ambon, Papua, dan sebagainya.

              Ada dua isu yang dibawa dalam aksi ini adalah tolak omnibus law draft pemerintah dan stop PHK
              massal dampak covid 19.


                                                           226
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232