Page 576 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 576

Keempat, dasar penerbitan SE tidak jelas karena bukan merupakan rekomendasi dari Dewan
              Pengupahan  Nasional  (Depenas).  Faktanya,  kata  Said,  para  buruh  di  Depenas  terus
              merekomendasikan agar upah minimum tetap naik.

              Hal ini berbanding terbalik dengan para pengusaha di Depenas yang menginginkan tidak ada
              kenaikan  upah  minimum.  Oleh  karenanya,  Said  menduga  ada  keputusan  dan  kepentingan
              sepihak yang menjadi dasar penerbitan SE tersebut, yakni pemerintah hanya mengakomodir
              para pengusaha.

              Ia juga menduga ada kebohongan dari pemerintah pusat yang menyatakan sekitar 27 gubernur
              sudah setuju agar UMP 2021 tidak naik. Fakta di lapangan, sambungnya, banyak pemerintah
              daerah yang belum mengambil sikap.

              "SE tidak perlu didengar, faktanya beberapa gubernur belum setuju kok dibilang sudah setuju
              dengan edaran, tidak perlu didengar surat itu, kan cuma himbauan," ungkapnya.

              Lebih lanjut, ia menegaskan seluruh buruh dan asosiasi buruh pasti menolak kebijakan UMP
              2021  sama  dengan  2020.  Para  buruh  juga  akan  menolak  bila  gubernur  di  berbagai  daerah
              mengikuti himbauan dari SE Menaker tersebut.

              Ia turut meminta dukungan dari semua pekerja agar keputusan UMP 2021 sama dengan 2020
              ditolak. Sebab, dampaknya akan dirasakan oleh semua pekerja dari berbagai kalangan tanpa
              terkecuali.

              "Kami akan melihat situasi yang berkembang, ada perundingan upah tidak. bukan hanya pekerja
              kontrak dan outsourcing yang terkena dampak upah minimum tidak naik, karyawan tetap juga
              terancam tidak ada kenaikan upah," jelasnya.

              Said meyakini bila pemerintah tetap bersikeras menerapkan kebijakan upah minimum tidak naik
              pada tahun depan, maka akan memicu aksi penolakan hingga mogok kerja skala nasional. Hal
              ini pada akhirnya bisa merugikan dunia usaha karena produksi tidak berjalan dan pemerintah
              karena perekonomian melemah.

              "Maaf ya ini bukan mengancam tapi bisa saja terjadi akhirnya diambil keputusan mogok kerja
              nasional, ini lebih kuat dari mogok 6-8 Oktober 2020, karena ini akan dipakai buruh pabrik dan
              nasional  untuk  persiapkan  mogok  kerja  nasional  karena  upah  adalah  urusan  di  tingkat
              perusahaan," tuturnya.

              Senada, Anggota Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) sekaligus Presiden Aspek Indonesia
              Mirah Sumirat menyatakan tidak ada rekomendasi dewan terkait penetapan upah minimum di
              akhir-akhir rapat pleno yang beberapa kali diadakan.

              "Tidak pernah ada, tolong di garisbawahi, tidak pernah ada persetujuan di rapat pleno. Jadi kalau
              ada statement pernyataan bahwa ini sudah direkomendasikan oleh Dewan Pengupahan Nasional
              terkait UMP 2021 itu artinya bohong ya, artinya mengada-ada," tekan Mirah pada kesempatan
              yang sama.

              Sementara Sekretaris Jenderal FSPMI sekaligus Ketua Perda KSPI Provinsi Banten Riden Hatam
              Azziz mengatakan sebenarnya ada solusi lain yang bisa digunakan untuk masalah ini, yaitu tetap
              menaikkan UMP 2021, namun pengusaha bisa mengajukan penangguhan bayar.

              Artinya, pembayaran dilakukan berkala sesuai kondisi perusahaan, namun komitmen kenaikan
              upah tetap ada.

              "Solusinya bisa penangguhan UMK, tapi tetap naik, ini sesuai peraturan," tandasnya.

              (uli/DAL).
                                                           575
   571   572   573   574   575   576   577   578   579   580   581