Page 602 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 602

negative  -  Timboel  Siregar  (Gubernur)  Dipastikan  SE  Menaker  tahun  ini  akan  diprotes  oleh
              kalangan SP/SB. Kalangan SP/SB menilai SE ini akan mempengaruhi para Gubernur untuk tidak
              menaikkan upah minimum tahun 2021

              neutral - Timboel Siregar (Gubernur) Saya menilai permintaan Menaker untuk tidak menaikkan
              upah minimum di 2021 dan adanya usulan SP yang meminta kenaikan upah minimum di 2021
              sebesar  8  persen  adalah  tidak  tepat.  Harus  dicari  solusi  kenaikan  UM  2021  dengan  tetap
              mempertimbangkan kesejahteraan pekerja dan kelangsungan usaha

              positive - Timboel Siregar (Gubernur) Semoga kenaikan UMP 2021 yang akan ditetapkan tanggal
              1  November  2020  ini  di  kisaran  1,5  persen  -  2  persen  bisa  diterima  semua  pihak,  sehingga
              kesejahteraan pekerja terjaga dan kelangsungan usaha terjamin



              Ringkasan

              Serikat buruh menolak Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/ll/HK.04/X/2020
              tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019
              (COVID-19) atau UMP 2021. Alhasil para diminta untuk tegas gubernur mengabaikan SE anyar
              yang dinilai merugikan kaum buruh itu.

              Presiden KSPI, Said Iqbal menyatakan, kalau tidak ada kenaikan UMP pada tahun depan, bisa
              dipastikan aksi-aksi buruh akan membesar dan semakin menguat. Apalagi hal ini terjadi di tengah
              penolakan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja yang baru disahkan oleh DPR RI.

              Bahkan, Iqbal menilai keputusan yang dimuat dalam SE tersebut hanya mengakomodasi salah
              satu pihak, yaitu pengusaha. Dijelaskan, dewan pengupahan nasional unsur buruh secara tegas
              menyatakan  tidak  ada  kesepakatan  yang  menyetujui  adanya  kenaikan  UMP  2021.  Namun
              ternyata Menaker justru menerbitkan SE yang memutuskan tidak ada kenaikan UMP di 2021.



              UMP 2021 TAK NAIK, BURUH ANCAM MOGOK KERJA YANG LEBIH DAHSYAT

              Serikat buruh menolak Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/ll/HK.04/X/2020
              tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019
              (COVID-19) atau UMP 2021. Alhasil para diminta untuk tegas gubernur mengabaikan SE anyar
              yang dinilai merugikan kaum buruh itu.

              Presiden KSPI, Said Iqbal menyatakan, kalau tidak ada kenaikan UMP pada tahun depan, bisa
              dipastikan aksi-aksi buruh akan membesar dan semakin menguat. Apalagi hal ini terjadi di tengah
              penolakan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja yang baru disahkan oleh DPR RI.

              "Bisa saja akhirnya kaum buruh mengambil keputusan mogok kerja nasional. Berbeda dengan
              mogok nasional yang dilakukan pada tanggal 6-8 Oktober lalu, kali ini bentuknya adalah mogok
              kerja nasional yang dilakukan oleh serikat buruh di tingkat pabrik," kata dia dalam Konferensi
              Pers KSPI, Jumat (30/10).

              Menurutnya persoalan upah adalah persoalan di tingkat perusahaan atau pabrik. Mereka bisa
              mengajukan perundingan kenaikan upah yang dilakukan secara bersamaan di masing-masing
              perusahaan, dan jika deadlock, maka sudah memenuhi persyaratan yang diatur Undang-Undang
              No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk melakukan mogok kerja.

              "Menaker (Ida Fauziyah) adalah orang yang paling bertanggung jawab kalau terjadi mogok kerja
              nasional. Stop produksi serentak di seluruh Indonesia. Itu boleh dalam Undang-Undang No 13
              Tahun 2003. Berbeda dengan tanggal 6-8 Oktober, yang menggunakan dasar unjuk rasa. Mogok
                                                           601
   597   598   599   600   601   602   603   604   605   606   607