Page 30 - E-Modul Wawasan Kependidikan
P. 30

pendidikan  pula,  orang-orang  akan  mengenal  apa  yang  baik  dan  apa  yang
                  jahat, apa yang patut dan apa yang tidak patut (Raper,1988:110).

                  4. Aristoteles (367-345 SM)
                         Aristoteles  adalah  murid  plato.  Dia  adalah  seorang  cendikiawan  dan
                  intelek  terkemuka,  mungkin  sepanjang  masa.  Umat  manusia  telah  berutang
                  budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan
                  ilmu  pengetahuan,  khususnya  logika,  politik,  etika,  biologi,  dan  psikologi.
                  Aristoteles  lahir  tahun  394  SM,  di  Stagira,  sebuah  kota  kecil  di  semenanjung
                  Chalcidice  di  sebelah  barat  laut  Egea.  Ayahnya,  Nichomachus  adalah  dokter
                  perawat  Amyntas  II,  raja  Macedonia,  dan  ibunya,  Phaesta  mempunyai  nenek
                  moyang terkemuka.
                         Menurut  Aristoteles,  agar  orang  bisa  hidup  baik  maka  ia  harus
                  mendapatkan  pendidikan.  Pendidikan  bukanlah  soal  akal  semata-mata,
                  melainkan  soal  memberi  bimbingan  kepada  perasaan-  perasaan  yang  lebih
                  tinggi,  yaitu  akal,  guna  mengatur  nafsu-nafsu.  Akal  sendiri  tidak  berdaya,
                  sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan
                  secara benar.

                  5. Anselmus ( 1033-1109 )
                         Merupakan salah satu tokoh filsafat di abad pertengahan. Anselmus lahir
                  di Aosta, Burgundi, yang sekarang ini dikenal dengan nama daerah Italia Utara.
                  Nama aslinya adalah Anselmo d’Aosta. Ayahnya bernama Gundulf de Candia,
                  sedangkan ibunya bernama Ermenbega of Geneva.
                         Anselmus  dikenal  sebagai  Bapak  Tradisi  Skolastik  dan  uskup  besar
                  (Archbishop) di Canterbury dari tahun 1093 hingga meninggal. Ketertarikannya
                  pada  bidang  filsafat  adalah  argumentasi  logis  yang  menyangkut  Monologion
                  dan  Proslogion.  Monologion  merupakan  solilokui  atau  berbicara  pada  diri
                  sendiri,  sedangkan  proslogion  adalah  discourse  atau  berwacana.  Keduanya
                  memberikan  argumentasi  yang  bertujuan  untuk  membuktikan  keberadaan
                  Tuhan.
                         Di  dalam  filsafat  Anselmus  kelihatan  iman  merupakan  tema  sentral
                  pemikirannya. Iman kepada Kristus adalah yang paling penting sebelum yang
                  lain.  Dari  sini  dapatlah  kita  memahami  pernyataannya,  credo  ut  intelligam
                  (believe  in  order  to  understand/percayalah  agar  mengerti).  Ungkapan  itu
                  menggambarkan  bahwa  ia  mendahulukan  iman  daripada  akal.  Iapun
                  mengatakan  wahyu  harus  diterima  dulu  sebelum  kita  mulai  berfikir.
                  Kesimpulannya  akal  hanyalah  pembantu  wahyu.  Anselmus  adalah  salah
                  seorang  “terpelajar”,  seorang  ahli  Kristen  yang  mencoba  memasukkan  logika
                  dalam pelayanan iman. Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik,
                  tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan
                  doktrinnya. Namun selalu imanlah yang mendasari semua itu. Dalam karyanya
                  Proslogium,  yang  pada  awalnya  berjudul  Iman  Mencari  Pengertian  (Fides
                  Quaerens Intellectum). Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Allah memiliki
                  suatu pengertian yang lebih besar dari segala sesuatu yang bisa kita pikirkan.
                  Apabila  kita  berbicara  tentang  Allah,  yang  kita  maksudkan  ialah  suatu
                  pengertian  yang  lebih  besar  dari  pada  apa  saja  yang  dapat  kita  pikirkan.
                  Dengan  begitu  pengertian  “Allah”  yang  ada di  dalam  rumusan  pemikiran  kita




                                                           24
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35