Page 31 - E-Modul Wawasan Kependidikan
P. 31
adalah lebih besar daripada apa saja yang ada di dalam pikiran. Apa yang di
dalam pikiran ada sebagai yang tertinggi atau yang lebih besar, tentu juga
berada di dalam kenyataan sebagai yang tertinggi dan yang terbesar
6. Thomas Aquinas (1225-1274)
Hanya ada dua kekuatan yang menggerakkan gemuruhnya dunia,
agama dan filsafat. Aquinas membicarakan kedua-duanya, hakikat masing-
masing, serta hubungan kedua-duanya. Ketertarikan pemikirannya dengan
Agustinus yang hidup hampir seribu tahun sebelumnya cukup jelas, Agustinus
juga membicarakan agama dan filsafat, hakikat serta hubungan kedua-duanya.
Berdasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas
mengatahui banyak ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya
berdasarkan pendapat umum. Menurut Aquinas, eksestensi Tuhan dapat
diketahui dengan akal. Untuk membuktikannya, ia mengajukan lima dalil
(argumen) untuk membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan
akal, seperti: (1) argumen gerak, (2) sebab yang mencukupi, (3) kemungkinan
dan keharusan, (4) memperhatikan tingkatan yang terdapat pada alam,
keteraturan alam, dan (5) tentang jiwa.
Di dalam filsafat gereja, Aquinas mengatakan bahwa manusia tidak akan
selamat tanpa pelantara gereja. Sakramen-sakramen gereja itu perlu,
sakramen itu mempunyai dua tujuan yaitu : Pertama, menyempurnakan
manusia dalam penyembahan kepada Tuhan. Kedua, menjaga manusia dari
dosa. Aquinas juga mengatakan bahwa Baptis mengatur permulaan hidup,
penyesalan (confirmation) untuk keperluan pertumbuhan manusia dan
sakramen maha kudus (eucharist) untuk menguatkan jiwa.
b. Tokoh-tokoh Pendidikan abad 20
Pada abad ke-20 banyak muncul temuan-temuan baru baik di bidang
kesenian, politik, pandangan hidup, maupun yang berhubungan dengan hidup
kejiwaan. Hal ini berpengaruh pada perkembangan paedagogik, sehingga
muncul bermacam aliran dalam paedagogik. Di bawah ini akan diuraikan
beberapa tokoh-tokoh pendidikan abad 20
1. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959. Ki Hadjar Dewantara
menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan tujuan membantu
siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi
konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti : (a) tidak
hidup terperintah; (b)berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap
mengatur hidupnya dengan tertib. Singkatnya, pendidikan menjadikan orang
mudah diatur tetapi tidak dapat disetir.
Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri Hanadayani”(dari
belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing
madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus
menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada ( di depan, seorang
pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Menurut Ki Hajar
Dewantoro, manusia memilki daya cipta, karsa dan karya.
25