Page 35 - Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
P. 35

Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi
                                                            Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya


               Selain  alasan  memberatkan  dengan  perspektif  lingkungan  hidup  tersebut,  ditemukan
               pula  pertimbangan  Majelis  Hakim  yang  memperhitungkan  pengulangan  tindak
               pidana/residivis  sebagai  alasan  yang  memberatkan.  Dari  195  terdakwa,  4  terdakwa
                                                                                           31
               merupakan residivis yang sebelumnya pernah melakukan tindak pidana yang serupa.
               Pada dasarnya, UU No.5/1990 sendiri belum mengatur ancaman pemberatan pidana
               untuk  tindak  pidana  konservasi  yang  berulang.  Meski  demikian,  dalam  Putusan
               No.113/Pid.Sus-LH/2016/PN.Bir. Majelis Hakim menjatuhkan kepada Terdakwa Maskur
               bin M. Amin pidana penjara yang lebih berat dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yaitu
               vonis pidana penjara 3 tahun dari tuntutan 2 tahun 6 bulan. Pada perkara ini, Terdakwa
               Maskur bin M. Amin dijatuhi pidana penjara atas perbuatan memburu harimau sumatera
               dan menjual kulitnya, setelah pada tahun 2014 pernah dihukum pidana penjara selama
               1 (satu) tahun dan denda Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) oleh Pengadilan Negeri
               Takengon karena terbukti melakukan tindak pidana yang serupa.

               Ditemukan  juga  putusan  Majelis  Hakim  yang  mempertimbangkan  bahwa  terdakwa
               memiliki  pengetahuan  dan/atau  kewajiban  untuk  menjaga  lingkungan,  namun  justru
               melakukan    tindak   pidana   kejahatan   terhadap   satwa.   Pada    Putusan
               No.126/Pid.Sus/2017/PN.Lbb  dengan  Terdakwa  Jeifil  Esa  alias  JE  bin  Afniwirman,
               Majelis  Hakim  mempertimbangkan  faktor  bahwa  Terdakwa  merupakan  aktivis
               lingkungan   (Kader   Konservasi),   namun   perbuatannya   yaitu   memiliki   dan
               memperniagakan satwa kukang yang dilindungi justru merusak lingkungan. Selain itu,
               Terdakwa  yang  berbelit-belit  dalam  memberikan  keterangannya  juga  merupakan
               pertimbangan  yang  memberatkan.  Dari  pidana  penjara  3  tahun  dan  denda  sebesar
               Rp100.000.000,-  (seratus  juta  rupiah)  subsider  6  bulan  yang  dituntut  Jaksa  Penuntut
               Umum,  Terdakwa  dijatuhi  pidana  penjara  3  tahun  6  bulan  dan  denda  sebesar
               Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) subsider 6 bulan. Tuntutan dan putusan pidana
               penjara ini secara signifikan ternilai berat daripada rata-rata tuntutan pidana penjara
               yaitu 11,3 bulan dan rata-rata putusan pidana penjara yaitu 8,1 bulan. Pada kasus ini,
               nampak  juga  bahwa  Majelis  Hakim  memutus  pidana  lebih  berat  daripada  apa  yang
               dituntut (ultra petita).

               Adapun pertimbangan mengenai kewajiban menjalankan program pemerintah sebagai
               alasan  memberatkan  juga  ditemukan  pada  5  kasus  yang  menjerat  pelaku  kejahatan
               terhadap satwa dilindungi dengan pekerjaan PNS, dan 2 kasus dengan pekerjaan Kepala
               Desa. Namun dari seluruh Putusan yang menjerat PNS dan Kepala Desa tersebut, putusan
               pidana  yang  dijatuhkan  Hakim  lebih  ringan  atau  sama  dengan  pidana  yang  dituntut
               Penuntut Umm.



               31   Yaitu  Terdakwa  pada  Putusan  No.882/PID.B/2012/PN.Bwi;    No.49/Pid.B/2013/PN.KPH;  dan
                  No.113/Pid.Sus-LH/2016/PN.Bir.





                                                                                          | 19
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40