Page 37 - Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
P. 37

Arah Baru Kebijakan Penegakan Hukum Konservasi
                                                            Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya


               oleh  BKSDA  Wilayah  Aceh  Singkil.  Dalam  pertimbangannya,  Majelis  Hakim  mencatat
               bahwa Terdakwa selaku PNS seharusnya dapat menjadi contoh yang baik di masyarakat.
               Namun,  Majelis  Hakim  juga  mencatat  bahwa  perbuatan  Terdakwa  bertujuan  untuk
               sarana pendidikan di Pulau Haloban sebagai hal yang meringankan. Akhirnya Majelis
               Hakim menjatuhkan pidana penjara selama 5 bulan dan denda sebesar Rp15.000.000,-
               (lima belas juta rupiah) subsider 1 bulan kurungan, dari tuntutan 7 bulan penjara dan
               denda sebesar Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) subsider 2 bulan kurngan.

               Dalam penelusuran, ditemukan juga Putusan No.1029/Pid.B/LH/2018/PN.Bjm dengan
               Terdakwa Muhammad Risfa als Risfa bin Fathan Wubina yang membeli 1 ekor bekantan
               dari orang lain dan akan dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan. Menarik untuk
               dicatat  bahwa  Majelis  Hakim  mempunyai  pertimbangan  bahwa  perbuatan  Terdakwa
               membeli satwa dari orang lain dan bukan menangkap dari habitat langsung sebagai
               alasan yang meringankan. Dari pidana penjara 10 bulan dan denda Rp5.000.000,- (lima
               juta rupiah) subsider 6 bulan yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum, Majelis Hakim
               memvonis  Terdakwa  dengan  pidana  penjara  selama  6  bulan  dan  denda  sebesar
               Rp3.000.000,- (tiga juta rupiah) subsider 1 bulan.

               C.2.4. PASAL VONIS

               Sebagian besar kasus kejahatan terhadap satwa dilindungi dikenakan dakwaan Pasal 21
               ayat  (2)  huruf  a hingga e  UU  No.5/1990.  Pasal-pasal ini  mengatur pidana terhadap
               tindakan  seperti  menangkap,  membunuh,  menyimpan,  memiliki,  memperniagakan,
               mengambil  satwa,  telur,  hingga  sarang  satwa.  Termasuk  pula  diatur  larangan
               mengeluarkan  kulit,  tubuh,  atau  barang-barang  dari  tubuh  satwa  yang  dilindungi  ke
               tempat lain di dalam maupun di luar Indonesia.

               Secara  umum,  dari  150  putusan  setidaknya  ditemukan  80  kasus  yang  berhubungan
               dengan memperniagakan, 62 kasus ‘memiliki’, dan 48 kasus ‘menyimpan’, dan 10 kasus
               ‘membunuh’ satwa yang dilindungi.

               Meskipun tindakan pelaku merupakan tindak pidana terhadap satwa dilindungi, terdapat
               3 kasus yang kemudian dikaitkan dengan ketentuan dilakukannya kegiatan yang tidak
               sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari Taman Nasional, Taman
                                                  32
               Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.  Misalnya sebagaimana  ditemui pada Putusan
               No.214/Pid.Sus/2015/PN.Sgr. Terdakwa atas nama I Nengah Sudirsa alias Muna dan I
               Nengah  Sinarbudi  alias  Padma  melakukan  perburuan  tupai  dan  jelarang  di  Zona
               Pemanfaatan  Taman  Nasional  Bali  Barat.  Tupai  tersebut  awalnya  hendak  digunakan
               sebagai obat kencing  manis, sementara jelarang turut ditembak karena memiliki rupa



               32    Ditemukan  pada  Putusan  No.214/Pid.Sus/2015/PN.Sgr,  Putusan  No.219/Pid.Sus/2013/PN.Pdg.,  dan
                  Putusan No. 220/Pid.Sus/2013/PN.Pdg.




                                                                                          | 21
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42