Page 21 - TOKOH-TOKOH NASIONAL
P. 21
menjadi ujian awal bagi kehidupan rumah tangga Tjokroaminoto
dan Soeharsikin.
Meski dihadapkan untuk memilih Tjokroaminoto atau orang
tuanya, Soeharsikin tetap bersikeras untuk memilih Tjokroaminoto.
Ia menentang anjuran orang tuanya untuk meninggalkan Tjokro.
Soeharsikin menanggapi keputusan ayahnya dengan sepucuk surat
yang berbunyi:“Ayahanda! Dahulu anakanda dikawinkan oleh ayah
– bunda, sedangkan anakanda pada waktu itu tidak kenal dengan
mas Tjokro. Anakanda taati! Kini anakanda pun tetap taat kalaupun
ayah – bunda ceraikan anakanda dari Mas Tjokro, baiklah tetapi
seumur hidup anakanda tidak akan kawin lagi. Oleh karena dunia
akhirat, suami anakanda hanyalah mas Tjokro itu
semata.”Tanggapan Soeharsikin ini sempat meluluhkan hati
ayahnya, tetapi kemarahan Mangoensoemo terhadap Tjokroaminoto
masih saja belum reda.
Hijrahnya ke Surabaya juga memberikan sebuah babak baru
dalam kehidupan rumah tangga Tjokroaminoto dan Soeharsikin.
Pada kisaran 1912 Tjokroaminoto tinggal bersama Soeharsikin di
Surabaya.
Di kamar inilah Tjokroaminoto dan Soeharsikin tempati
sebagai tempat pribadi beliau. Peran Soeharsikin dalam
mendampingi Tjokroaminoto sangatlah besar. Mulai dari memilih
untuk mengikuti perjuangan Tjokroaminoto dari pada menuruti
kehendak orang tuanya untuk berpisah dengan Tjokro. Membantu
Tjokroaminoto mengasuh anak-anak mereka sambil membuka
rumahnya sebagai tempat kost, hingga mendukung penuh aktivitas
Tjokroaminoto sebagai politisi.
Soeharsikin mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan dan
diterapkan dalam mengasuh anak-anak kost. Pendidikan diberikan
dengan sebaik-baiknya yang menyangkut masalah duniawi dan
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya | 19