Page 53 - TOKOH-TOKOH NASIONAL
P. 53
Dalam kongres itu, Dr. Soetomo dipilih kembali menjadi
ketua umum Parindra. Bersama beberapa pengurus pusat, Dr.
Soetomo kemudian mengadakan perjalanan ke berbagai daerah di
Indonesia untuk kepentingan partai dan kepentingan umum.
Ketika Dr. Soetomo
meninggal pada bulan Mei 1938,
kedudukannya sebagai ketua
Parindra digantikan oleh
Moehammad Hoesni Thamrin,
seorang pedagang dan anggota
Volksraad. Sebelum menjadi
ketua Parindra, Moehammad
Hoesni Thamrin telah
mengadakan kontak-kontak
dagang dengan Jepang sehingga
ia memainkan kartu
Jepang ketika ia berada di
Moehammad Hoesni Thamrin
panggung politik Volksraad. (1894-1941)
Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya
dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin
lebih berbahaya daripada Soekarno. Maka pada tanggal 9
Februari 1941, rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh
PID (Politieke Inlichtingen Dienst - dinas rahasia Hinda Belanda)
ketika beliau terkena penyakit malaria, selang dua hari kemudian
Muhammad Husni Thamrin menghembuskan napas yang terakhir.
Salah satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu
ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota Parindra
memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya.
Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang
disebut Surya Wirawan (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya | 51