Page 242 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 242
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Sebagaimana pantun, beberapa syair karya para ulama tersebut, kemudian,
juga ditampilkan atau dipertunjukkan untuk kepentingan syiar ajaran atau nilai
Islam. Syair Salawat, Nazam Ratap Fatimah, Nazam Nabi Bercukur, Nazam
Bulan Terbelah, Nazam Nur Muhammad, dan Nazam Kanak-Kanak adalah
contoh dari syair yang sarat dengan nuansa ke-Islam-an. Syair atau nazam
tersebut didendangkan dengan irama tertentu dalam tradisi yang dikenal
dengan Banazam yang terdapat terutama di wilayah Pariaman dan Solok.
Syair Salawat Dulang
Syair Salawat Dulang adalah syair yang didendangkan dalam pertunjukan
salawat dulang . Salawat dulang merupakan sebuah bentuk pendendangan
44
syair yang berisi ajaran Islam dengan diiringi tabuhan dulang secara kelompok
(group). Menurut Adriyetti Amir, Syair Salawat Dulang dikarang oleh ulama
dalam bentuk naskah. Syair ini adalah hasil tafsiran dari sejumlah ayat Alquran
dan/ atau Hadis. Akan tetapi, naskah syair tersebut disalin kembali oleh para
(calon) tukang salawat (pemain salawat dulang) untuk kemudian dihafalkan dan
didendangkan dalam pertunjukan salawat dulang .
45
Syair Salawat Dulang mengandung kaji atau ajaran tentang berbagai
masalah,yang meliputi ibadat (ubudiyah), sosial (muamalah), iman (tauhid),
dan tasawuf. Ajaran ini, seperti halnya dengan pengetahuan tentang rukun
Islam, rukum iman, kalimat tauhid, isra’ dan mi’raj, berisikan juga keharusan
mempelajari dan mengerjakan salat, mempunyai sikap yang tidak sombong dan
saling menghormati antar-sesama manusia, dan memahami asal-usul kejadian
manusia. Ajaran tersebut antara lain menyimpan pesan moral keagamaan, seperti
jangan meninggalkan salat karena salat tiang agama. Bagi yang meninggalkan
salat, kerugian akan menghampirinya karena nerakalah tempatnya kelak.
Berkenaan dengan salat (sembahyang), misalnya, syair ini mengatakan:
Mano sagalo andai dan tolan
Jikalau sungguah sayang di badan
Patuik sumbayang ka kito rusuahkan
Di aka singkek di pikiran kurang
Tidak mangapo tidak baruang
Asa lai tantu dipaham sumbayang
Kepeang dicari ka untuak urang
Eloklah tampuah jalan nan tarang
Jalan nan luruih kan ado tabantang
Anggan manampuah tantulah malang
228