Page 239 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 239
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Pantun pada contoh (1) dan (3) berisi ajaran bahwa Allah s.w.t. adalah tempat
kembali semua urusan-- semua hal yang terjadi berada di bawah kekuasaan Allah
s.w.t.. Semua yang ada di langit dan di bumi serta di antara keduanya adalah
milik dan berada dalam kekuasaan Allah. Oleh karena itu, seseorang tidak dapat
berbuat sekehendak hatinya. Pantun pada contoh (1) mengingatkan kembali,
khususnya kepada orang-orang yang sedang menghadapi masalah berat yang
sulit dipecahkan atau sulit dicarikan jalan keluarnya, bahwa jalan keluar yang
terbaik ialah berserah diri kepada Allah s.w.t. dan jangan putus asa karena
Allah adalah tempat kembali segala urusan. Begitu pula pantun pada contoh
(3) , yang mengajarkan bahwa Allah mahakuasa. Manusia boleh berencana,
tetapi keputusan akhir berada di tangan Allah. Sementara, pantun pada contoh
(2) dan (5) berisi ajaran bahwa harta tidak akan dibawa mati, hanya amal yang
akan menjadi bekal di akhirat. Pantun ini mengingatkan kembali ajaran ini,
khususnya kepada orang kaya yang telah menikmati kesenangan hidup di dunia
agar tidak lupa bahwa hidup di dunia hanya sementara saja. Manusia yang
hidup di dunia ini akan meninggal dan hanya amallah yang akan diperhitungkan
setelah ia meninggal. Oleh sebab itu, manusia hendaklah beramal sebanyaknya
untuk bekal di akhirat. Pantun pada contoh (4) mengungkapkan pribadi orang
yang salat-- hati suci dan wajah bersih.
Syair/Nazam
Dalam kesusastraan Minangkabau, istilah syair dan nazam sering digunakan
secara substitutif . Pada umumnya, kedua istilah itu digunakan secara
33
bergantian oleh pengarang di dalam syair-syairnya. Sebagai contoh dapat dilihat
dalam syair yang berjudul Irsyâd al-‘awâm pada Menyatakan Maulud Nabi
‘alaihi salam (karangan Abdul Karim bin Muhammad Amrullah al-Danawi). Bait
kedua dari syair itu menyatakan:
Ammā ba’du inilah nazam
Syair bernama Irsyâd al-‘awâm
Adab Maulud ada di dalam
Karangan si jahil fakir yang dawām
34
Hal yang sama juga dapat dilihat dalam Nazam Ratap Fatimah. Baris ke-1,
bait ke-1 berbunyi: “Inilah Nazam Ratap Fatimah” dan baris ke-3, bait ke-
36 berbunyi: “Disudahi syair dengan assalammualaikum” . Dua contoh di
35
atas memperlihatkan bahwa istilah syair dan nazam digunakan para penyair
Minangkabau dengan pengertian yang sama.
Berbeda dengan mantra dan pantun yang bersifat lisan, syair atau nazam
merupakan sastra tulis yang banyak ditemui dalam bentuk manuskrip (naskah)
225