Page 240 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 240
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
bertulisan Arab-Melayu (Jawi). Syair yang bersajak a a a a atau, kadangkala,
juga bersajak a b a b ini tidak hanya berisi cerita yang berhubungan dengan
ajaran dan nilai Islam, tetapi juga berisi perdebatan, seperti tentang paham
keagamaan yang bertentangan. Syair bisa juga dipakai untuk mengisahkan
suatu peristiwa sejarah yang terjadi di Minangkabau atau bahkan otobiografi
pengarang. Contohnya, masing-masing, dapat dilihat pada Syair Rukun
Haji (Syair Mekah dan Madinah) (Syeikh Daud Sunur), Syair (Nazam) Dar al-
Mawa’izah (Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi atau Syeikh Bayang), Syair
Perang Kamang (Haji Ahmad), dan Syair Sunur (Syeikh Daud Sunur).
Syair Rukun Haji berisi ajaran tentang haji. Syair Dar al-Mawa’izah adalah syair
pembelaan terhadap tarekat Naqsyabandiyah dan berisi perdebatan tentang
tawassul, rabithah, dan wasilah, yakni menjadikan guru sebagai mursyid dan
penolong ibadat dan tawadhuk kepada Allah. Akan tetapi, perdebatan ini tidak
sampai menyerang keyakinan Syair Perang Kamang berisi penderitaan atau
36
kisah sedih masyarakat Kamang dalam Perang Kamang yang terjadi pada 1908
M. Dalam kisah sedih itu, pengarang juga menceritakan dua orang ulama, yakni
Syeikh Abdul Manan dan Haji Ahmad (pengarang), yang dituduh dan ditahan
karena memberi azimat tahan peluru kepada setiap orang Kamang yang
berperang melawan Belanda. Hal ini tampak dalam kutipan di berikut ini:
….
Dan lagi pula waktu itu
Beliau tertuduh di zaman itu
Memberi azimat satu per satu
Tiap-tiap orang khabarnya itu
Azimat itu khabarnya orang
akan dibawa terus berperang
tidak talok piluru menentang
37
yaitu fitnah kepada orang gadang
….
Kesalahan kamu banyak macamnya
Membuat azimat mula pertama
Memberi orang jangan talok di piluru
38
Menanam di dalam pintu gapuro
…..
Syair Sunur berkisah tentang kesedihan yang dialami ‘aku lirik’ (sang dagang/
pengarang sendiri) di rantau bernama Trumon (Tarumun) di pantai barat Aceh
dan tentang kerinduannya pada kampung halamannya. Di rantau, sang dagang
226