Page 247 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 247
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Asanyo tubuah ataupun badan
Daripado bumi nan samato Adam
Ditangkok Jibrail tanah saganggam
Adopun asanyo si parampuan
…...... 49
Nazam Ratap Fatimah
Nazam Ratap Fatimah yang ditemukan dalam bentuk naskah (manuskrip) ini
berkisah tentang Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad s.a.w., yang
berduka ditinggal wafat ayahnya (ratap Fatimah). Kemudian, kisah berlanjut
mengenai kejadian di akhirat (ratap zaman) dan tentang ajaran atau tarekat
yang harus dipelajari, dipegang dan diamalkan umat Islam agar selamat di akhirat
(ratap kaji dipacik ‘dipegang’). Syair ini disalin oleh Angku Bilal di Supanjang, Limo
Kaum, Tanah Datar, dari sebuah naskah yang berasal dari Pariaman pada tahun
1960. Tidak sama dengan wilayah asalnya, syair ini didendangkan di rumah duka
dengan irama ratap. Kemudian, pembacaan atau pendendangan syair dengan
irama ratap ini menjadi satu tradisi meratap di rumah duka. Sekitar tahun 1975,
syair ratap ini dibawa ke surau untuk dikaji. Surau Tembok Supanjang adalah
surau yang pertama menjadi tempat pengajiannya dan dipimpin oleh Angku
Bilal. Tujuan pendendangan Syair Ratap Fatimah ini adalah untuk menggantikan
tradisi maratok yang ada di beberapa daerah di Minangkabau, terutama di
50
daerah Tanah Datar, tetapi dilarang dalam Islam.
51
Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu, Nazam Ratap Fatimah
ini terdiri atas tiga bagian ratap. Bagian “ratap Fatimah” mengisahkan Fatimah
berduka kerana ditinggal wafat ayahnya. Selain Fatimah, orang Islam dan sahabat
yang lain juga turut berduka atas kematian Nabi, karena Fatimah dan semua
orang Islam mencintai dan menyayangi beliau. Ajaran Islam yang disampaikan
Nabi selama ini akan tetap menjadi pegangan. Semua orang berharap semoga
Nabi tetap mendoakan orang mukmin, agar keimanan mereka bertambah kuat.
Fatimah dan juga orang Islam yang lain selalu ingat kepada Nabi, baik dalam
mengaji, maupun dalam salat. Pendek kata, meskipun Nabi telah tiada, iman
kepada Allah tidak dilupakan, karena iman kepada Allah adalah suluh dan
kepada Allah -lah semua kembali. Oleh karena itu, Fatimah dan orang mukmin
yang lain hanya dapat berdoa dengan sabar untuk keselamatan Nabi di akhirat,
dan juga untuk semua arwah orang mukmin. Sepeninggal Nabi, umat Islam
terbahagi ke dalam berbagai golongan, tetapi semua orang yakin dunia ini
seumpama berkebun, yang hasilnya akan dinikmati di akhirat.
52
233