Page 249 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 249

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                Lautnya susah ombaknya besar
                Jalan tauhid wujud mutlak
                Bak dipegang selamanya
                Jangan ragu karena kaji banyak
                Kalimat tauhid nan isinya
                Di dalam taubat dipegang arti
                Di kalimat semata-mata
                Jangan rusuh di kaji tidak dapat
                Asalkan tauhid selama-lamanya
                                              56


           Laut digunakan sebagai simbol untuk mengisahkan Tuhan yang tidak terhingga
           luasnya  dan  ombak melambangkan ketidakberhinggaan  kewujudan dan
           pengetahuan-Nya. Sehubungan dengan itu, laut sering dipakai pengarang sufi
           sebagai tamsil untuk menggambarkan perjalanan seorang sufi menuju Yang
           Satu, sedangkan ombak dipakai untuk menggambarkan luasnya ilmu tauhid
           yang banyak  kandungannya (Hadi  2001: 94). Hal  itu merupakan peringatan
           terhadap susah dan bahaya yang akan dihadapi oleh orang yang akan mengikuti
           perjalanan itu. Sementara itu, kalimat tauhid yang berbunyi Lā ilāha illallāh (tiada
                                                                                            Hampir setiap bait
           Tuhan selain Allah) adalah bacaan zikir yang penting dalam tasawuf. Zikir adalah    dalam bagian “ratap
           peringkat kerohanian dalam tasawuf, yakni mengingat atau menyebut Allah          Fatimah” diawali
           dengan berbagai ucapan pemujaan pada Allah. Zikir adalah  langkah pertama     dengan kalimat Lā ilāha
           di jalan cinta kepada Allah .  Tujuan zikir ialah supaya orang salik menjadi lebih   illallāh. Pengulangan ini
                                   57
           dekat kepada Tuhan. Hampir setiap bait dalam bagian “ratap Fatimah” diawali     menunjukkan bahwa
                                                                                            ia harus dilafalkan
           dengan kalimat Lā ilāha illallāh. Pengulangan ini menunjukkan bahwa ia harus   berulang-ulang, setiap
           dilafalkan berulang-ulang, setiap hari dan waktu. Pemakaian kalimat seperti itu   hari dan waktu.
           dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

                  Lā ilāha illallāh ayah kandungku
                  Kemana anak pergi mengadu
                  Umat nan tinggal jadi keliru
                  Apabila lagi akan bertemu

                  Lā ilāha illallāh Tuhan habibi
                  Junjungan tidak tinggal di bumi
                  Sudah dibawa Tuhan illahi
                  Umat nan tinggal berduka hati

                  Lā ilāha illallāh ayah kandung badan
                  Turun firman daripada Tuhan
                  Mengucap anak ayah tinggalkan
                  Jikalau sudah ayah pergantungkan










                                                                                                235
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254