Page 253 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 253
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Syair (Nazam) Darul Mawa’izah
Syair (Nazam) Darul Mawa’izah (Pengajaran yang Indah) dikarang oleh
Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi atau Syeikh Bayang (1864-1923)
pada 1326 H. Beliau seorang ulama tradisionalis, pemimpin ulama Kaum Tua
moderat, yang disebut Schrieke sebagai ulama pejuang moralis abad ke-
20. Selain itu, beliau juga menulis syair (nazam) Thalabus Shalat (1324 H) dan
Rasul 25 (1918). Thalabus Shalat berisi nasihat, khususnya tentang salat yang
baik dengan mengetahui rukun dan syaratnya. Shalat wajib dikerjakan karena
merupakan tiang agama. Shalat akan sempurna dengan wuduk yang baik,
karena ia merupakan kunci shalat. Hal ini tergambar dari baris-baris syair seperti
berikut ini:
Orang yang meninggalkan sembahyang tiap hari
Di atas dunia disiksa ilahi
Sepuluh perkara siksanya diberi
….
Sempurna wudhu’ baik sembahyangnya
Apabila mati diterima amalnya
Di dalam kubur lelapnya senang
….
Ilmu sembahyang hendaklah dijaga
Rukun dan syarat demikian juga
yang membatalkan lebih dijaga
Allah membalas dengan syurga
….
Begitu pula, shalat itu harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Dengan
mengambil umpama, pengarang mengatakan bahwa orang yang tidak salat tak
ubahnya seperti binatang, bahkan lebih hina. Nasihat dengan perumpamaan itu
dapat dilihat dalam bait-bait berikut ini.
Wahai anakanda belahan tulang
Hendaklah sungguh mengerjakan sembahyang
Kalau anakanda tidak sembahyang
Hina anakanda dari binatang
Cobalah pikir di hati anak sendiri
Seperti binatang kerbau jawi
Dek kuat tulang membawa pedati
Kemudian dagingnya dimakan lagi
Sebau kerbau tak wajib sembahyang
Dagingnya berguna dimakan orang
239