Page 251 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 251
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Disebut kaji dipegang
Dipegang untuk selamanya
Mengabut tuah ke atas langit
Sembahyang jua nan perguna
62
Selain hal-hal yang tersebut di atas, tanda-tanda dan istilah-istilah dalam dunia
tasawuf lainnya ditemukan juga dalam teks nazam ini. A’yan tsabitah (ide-ide
umum dari Allah atau esensi-esensi yang tetap), tawajjuh (mengenang segala
dosa dan memohon ampunan Allah), alif (huruf pertama dalam al-Quran), dan
nuktah (zat/hakekat Allah) adalah juga ungkapan yang juga tidak terpisahkan
dari teks nazam Nuktah, zat atau martabat Tuhan atau hakikat Allah, yang
tiada berawal dan berakhir serta merupakan wujud yang mutlak, mendapat
penjelasan yang cukup panjang. Pada satu pihak, nuktah itu disarankan untuk
dicari, supaya jangan masuk neraka. Pada pihak lain, nuktah itu dimisalkan
sebagai laut yang tidak berhingga, laut yang seolah-olah tenang tetapi airnya
sangat dalam. Oleh karena itu, laranglah orang untuk sampai ke sana:
Itulah nan dinamakan martabat
Nuktah awal suatu pangkat
Itu pula nan dinamakan zat
Tiada bercampur zat dengan sifat
Nuktah itu awalnya tiada
Umpama laut tiada berhingga
Wujud mutlak semata-mata
Laranglah orang sampai ke sana
Mutu qabla an tamutu dalam Al-quran
Hendaklah artikan patang dan pagi
Nuktah itu hendaklah dicari
Supaya kita jangan karam ke laut api
Nuktah itu berharal paham
Larang orang di sana menyelam
Dipandang nyata sangatlah kelam
63
Karena airnya sangatlah dalam
(Zuriati, 2007: 274-275)
Kutiban di bawah ini memperlihatkan bahwa kata tarekat adalah yang harus
dipelajari dan dipegang.
Kaji tarekat nan dipintak
Untuk sembahyang petang dan pagi
237