Page 74 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 74

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Hadirat Paduka Ayahanda Kompeni, Tuan Her Gurnadur Jenderal dan Raden
                                    van Indie di Betawi, Insya Allah Taala barang dilanjutkan usia umur zamannya,
                                    beroleh sehat dan walafiat dengan sejahtera jua adanya.
                                                                                         61
                                    Kehadiran Bahasa Melayu di Buton memang tidak bisa dipisahkan dari sejarah
                                    negeri tersebut, di mana proses berdirinya menjadi sebuah kerajaan melibatkan
                                    orang-orang Melayu Johor dan Sumatera yang bermigrasi ke sana. Meski
                                    demikian, hal terpenting untuk dikatakan di sini adalah bahwa pengalaman
                                    Buton mengekspresikan kondisi di mana Bahasa Melayu telah sedemikian mapan
                                    sebagai lingua franca di Nusantara. Dengan demikian, Buton di timur Nusantara
                                    menjadi terhubungkan dengan masyarakat di belahan lain di Nusantara.

                                    Tidak  hanya  sekadar  bahasa,  masyarakat  Nusantara  juga  terhubungkan satu
                                    sama-sama lain melalui pemikiran keagamaan dalam kitab Jawi, di samping
                                    kitab berbahasa Arab, yang juga tersebar luas dan menjadi sumber pengetahuan
                                    keagaman mereka. Catatan seorang bernama Imam Ahmad—Imam untuk
                                    Kesultanan Bacan di Maluku Utara, yang ditemui Snouck Hurgronje di Mekkah
                                                                                                62
                                    pada 1884—penting dicatat. Sebegaimana ditunjukkan Laffan, Imam Ahmad
                                    memberi Snouck Hurgronje daftar kitab yang dibaca di bagian timur negeri
                                    di bawah angin, wilayah kekuasaan Ternate, Tidore dan Bacan. Di samping
                                    kitab berbahasa Arab yang tersebar luas di pesantren sebagaimana dicatat
                                                 63
                                    van den Berg , Imam Ahmad mencatat  sejumlah judul kitab Jawi karangan
                                    ulama Nusantara dari negeri berBahasa Melayu, di antaranya adalah karangan
                                    Abdurrauf Singkel, Mir’at al-Thulab, berupa saduran dalam Bahasa Melayu dari
                                    kitab oleh al-Anshari Fath al-Wahab. Kitab lain adalah Dhur al-Thamim, yang
                                    menurut Snouck Hurgrnje kemungkinan ditulis Muhammad Nafis al-Banjari.

                                    Kitab karangan ulama Patani, Daud al-Fatani (Daud bin Abdullah bin Idris
                                    al-Fatani) juga termasuk dalam daftar yang dibuat Iman Ahmad, yakni dua
                                    kitabnya tentang fiqih: Fara’id ghayat al-taqrib fi al-irth wa al-tansib (tentang
                                    hukum pembagian waris) dan Idah al-bab li murid al-nikah bi al-sawab (tentang
                                    nikah). Kitab Jawi berikutnya adalah Sabil al-muhtadin li al-tafaqquh fi amr al-
                                    Din (tentang tata cara belajar agama) oleh Muhammad Arsyad bin Abdullah
                                    al-Banjari dan Hidayat al-Salikin (petunjuk utuk pencari ilmu)—berupa gubahan
                                    dalam Bahasa Melayu dari kitab al-Ghazali Bidayat al-Hidayah—yang ditulis oleh
                                    Abdussamad al-Palimbani.




















                    60
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79