Page 69 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 69
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Demikianlah, Palembang telah memainkan peran penting dalam perkembangan
Islam di Indonesia abad ke-18. Palembang telah melahirkan banyak ulama
terkemuka di abad tersebut, dengan karya-karya mereka yang sangat
berpengaruh dalam menentukan wacana intelektual dan sosial Islam Indonesia.
Hal tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa karya-karya keagamaan ulama
Palembang yang telah disebut di atas—dan juga karya ulama Banjar di
Kalimantan—telah mengalami cetak uang berkali-kali. Dengan demikian, karya-
karya keagamaan tersebut telah menjadi sumber bacaan dan pada gilirannya
menjadi sumber pembentukan pengetahuan dan sikap keagamaan Muslim.
Mereka yang membaca karya-karya tersebut tidak hanya Muslim di Melayu,
tapi juga di wilayah lain di Indonesia. Karena itu, karya-karya ulama Palembang
memperkuat persebaran penggunaan Bahasa Melayu secara lebih luas di
Indonesia.
Memasuki abad ke-19, perkembangan Islam dan juga Bahasa Melayu berpusat
di Riau, tepatnya Pulau Penyengat, Kerajaan Lingga-Riau pada abad ke-19.
52
Dan tokoh paling terkemuka yang telah berkontribusi secara signifikan dalam
perkembangan wacana sosial-intelektual dan politik Islam Melayu adalah Raja
Ali Haji (1808-1873). Sebagaimana akan dijelaskan di bawah, Raja Ali Haji telah
menulis banyak karya yang sangat berpengaruh khususnya dalam perkembangan
budaya Melayu. Di atas semuanya, Raja Ali Haji memiliki perhatian besar di bidang
bahasa. Ini dibuktikan dari karyanya, Kitab Pengetahuan Bahasa. Meski karya
tersebut tidak selesai––kemungkinan dia meninggal sebelum menyelesaikan
karya ini––Kitab Pengetahuan Bahasa merupakan bukti kuat hasrat Raja Ali
Haji untuk memajukan Bahasa Melayu. Raja Ali Haji menyatakan bahwa karya
ini dimaksudkan sebagai bimbingan bagi mereka yang bermaksud menambah
pengetahuan bahasa, agama, dan adat istiadat yang benar. Perhatian Raja Ali Kitab Pengetahuan
Haji di bidang ini selanjutnya juga bisa dilihat dari sejumlah surat yang dia tulis Bahasa merupakan
bukti kuat hasrat
untuk pejabat kolonial, khususnya Roorda van Eijsinga dan kemudian A.F. von Raja Ali Haji untuk
de Wall, dua orang yang memang memiliki perhatian besar di bidang bahasa memajukan Bahasa
Melayu, berisikan
dan budaya. Karya ini dilitografikan tahun 1857 di bawah dukungan Von de pengetahuan bahasa,
Wall (1807-73), sahabat Jerman-nya yang bertugas menyusun sebuah kamus agama, dan adat
bahasa Belanda-Melayu yang kepadanya Raja Ali Haji bekerja sebagai informan istiadat.
dan asisten.
53
Secara umum, pembahasan Kitab Pengetahuan Bahasa dibagi ke dalam dua
bagian utama. Bagian pertama hanya terdiri dari tujuh kata kepala yang
berhuruf awal ‘alif”, yakni Allah, al-Nabi, Ashab, Akhbar, al-Insan, al-Awali, dan
al-Akhirat. Di bagian ini, Raja Ali Haji memberi keterangan relatif rinci terhadap
konsep-konsep keagamaan (sejarah), yang disuguhkan secara sistematis,
sehingga bagian pertama dari Kitab Pengetahuan Bahasa lebih tampil sebagai
kitab agama ketimbang sebuah buku tentang Bahasa Melayu. Pada bagian
kedua, meski tetap ada kecenderungan seperti di bagian pertama, Raja Ali
Haji lebih tegas menghadirkan pembahasan sebagai kamus bahasa. Isi bagian
kedua ini disusun secara sistematis, yang bermula dari kata yang berhuruf awal
55