Page 64 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 64

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Di samping itu, terdapat unsur-unsur terjemahan kata sambung yang terasa
                                    ganjil seperti: akan bahwa, karena bahwa, melainkan bahwa, yang merupakan
                                    terjemahan dari unsur bahasa Arab: bi anna, li anna, illa wa an, seperti terlihat
                                    dalam kalimat berikut: (1)  ilmu akan bahwa kull (ya’ni perhimpunan) sesuatu
                                    yang terbesar dari sukunya; (2) tiada akan membahagiakan dan mencelakakan
                                    karena bahwa keduanya itu daripada sifat Allah Ta’ala juga; dan (3) tiada ada ia
                                    melainkan bahwa ada ia sebenarnya dalam agamanya.


                                    Kata ‘akan’ lebih berfungsi sebagai kata depan daripada sebagai kata kerja bantu,
                                    seperti terlihat dalam contoh berikut: (1) menyungguhkan yang bertannung
                                    akan yang diceritakan; (2) . . . dan akan dia beberapa peri yang asal; (3) syiksya
                                    kubur itu akan segala kafir dan akan setengah daripada yang isi segala mukmin;
                                    dan (4) . . . memohonkan ampun itu thabit akan Rasul dan akan segala yang
                                    baik. Kata ‘akan’ dalam keempat kalimat tersebut masing-masing dapat diganti
                                    dengan: pada, tentang, untuk, bagi.


                                    Demikianlah, analisis kebahasaan atas terjemahan ‘Aqa’id,  sebagiamana
                                                               41
                                    dilakukan  Asmah  Hj.  Omar   dan  juga  Imran   menunjukkan  bahwa  pada
                                                                                 42
                                    abad ke-16 pemakaian Bahasa Melayu sudah semakin mapan dan luas. Hal ini
                                    dibuktikan dengan makin lengkapnya  sistem imbuhan, di samping kosakata
                                    juga semakin banyak diserap dari unsur bahasa Arab, terutama yang berkaitan
                                    dengan aspek keagamaan, tepatnya tasawuf.











                                    Sastra Rekaan dan Sastra Sejarah






                                    Di samping sastra kitab, Aceh di abad ke-16 dan 17, seperti halnya Samudera
                                    Pasai dan Malaka, juga menghasilkan jenis naskah lain yang disebut sebagai
                                    sastra rekaan dan sastra sejarah. Hanya saja, berbeda dengan di Samudera Pasai
                                    dan Malaka, kedua jenis karya sastra di Aceh, seperti akan ditunjukkan di bawah,
                                    lebih banyak membahas sejarah dan budaya masyarakat Aceh, di samping tentu
                                    saja di dalamnya ada unsur Islam. Berikut adalah beberapa naskah dari Kerajaan
                                    Aceh yang termasuk dalam kategori sastra rekaan dan sastra sejarah.












                    50
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69