Page 523 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 523

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3







           62   Kegiatan KKA pertama kali diadakan pada bulan Oktober 1986. Beberapa materi yang
                disampaikan oleh Cak Nur dalam KKA selanjutnya dibukukan oleh Yayasan Paramadina.
                Lihat, Nurcholis Madjid,  Islam, Doktrin, dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang
                MasaIah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,
                1992).
           63   Tim Penyusun, Dua Dasawarsa untuk Perubahan,…… hal. 17
           64   Tim Penyusun, Dua Dasawarsa untuk Perubahan,…… hal. 21
           65   Beberapa data terkait lembaga ini disarikan dari, Budhy Munawar-Rachman, Reorientasi
                Pembaruan  Islam,  Sekularisme,  Liberalisme  dan  Pluralisme,  (Jakarta:  LSAF,  Paramadina,
                2010), hal.132-138.
           66   Greg Barton, “Indonesia’s Nurcholish Madjid and Abdurrahman Wahid as Intellectu
                ‘Ulama’: The Meeting of Islamic Traditionalism and Modernism in neo-Modernist Thought,
                Studia Islamika, Vol.4, No. 1, 1997, hal. 55.
           67   Marzuki Wahid, “Post-Tradisionalisme Islam: Gairah Baru Pemikiran Islam di Indonesia”,
                dalam Jurnal “Tashwirul Afkar”, Edisi No. 10 Tahun 2001, hal. 14. Lebih lengkap lihat,
                Hairus Salim dan Muhammad Ridwan (Ed.), Kultur Hibrida, Anak Muda di Jalur Klultural
                (Yogyakarta: LKiS, 1999).
           68   Ken Miichi, “Kiri Islam, Jaringan Intelektual dan Partai Politik: Sebuah Catatan Awal”,
                dalam Jurnal “Tashwirul Afkar”, Edisi No. 10 Tahun 2001
           69   Yogi Gustaman, “Kebebasan Beragama dalam Jejaring Transformasi Kultural LkiS”.
           70   Dikutip dari, http://www.lkis.or.id/ (Diakses pada 1 Maret 2014)
           71   Mohamad Ali, Gerakan Islam Moderat di Indonesia Kontemporer,..... hal. 229.
           72   Beberapa buku yang diterbitkan oleh LKIS, di antaranya adalah Kiri Islam Hassan Hanafi
                karya Kazou Shimogaki, Dekonstruksi Syariah karya Abdullah-i Ahmed An-Na’im, Islam dan
                Pembebasan karya Asghar Ali Engineer, Masyarakat Tak Bernegara karya Abdel Wahab el-
                Affendi, Wahyu dan Revolusi karya Ziaul Haque, Tekstualitas al-Qur’an karya Nasr Hamid
                Abu Zayd, Post Tradisionalisme Islam karya Mohammad Abid al-Jabiri, Arus Balik Syariah,
                karya Mahmud Muhammad Thaha, Islam dan Demokrasi karya Fatima Mernissi dan karya-
                karya Mohamad Arkoun.
           73   Lihat Q.s al-Baqarah (2): 223; yang secara harfiah diterjemahkan sebagai berikut: Istri-
                istrimu adalah ladang tempat kamu bercocok tanam maka datangilah ladang tempat
                bercocok tanam itu bagaimana saja kamu menghendaki.” Dalam bahasa para demagog
                Islam (da’i), fungsi perempuan diidentikkan sebagai manak, macak dan masak (melahirkan,
                berhias dan memasak). Atau, berawal dari kasur, menuju sumur dan dapur.
           74   Masdar F. Mas’udi, Islam & Women’s Reproductive Rights (Kuala Lumpur: Sisters in Islam,
                2002), hal. vii. Lebih jauh lihat Asep Gunawan & Dewi Nurjulianti,  Gerakan Keagamaan
                dalam Penguatan Civil Society (Jakarta: LSAF, 1999), hal. 94-95.
           75   Syafiq Hasyim, salah satu staf program Fiqh al-Nisa untuk penguatan Hak-hak reproduksi
                perempuan dalam Islam di P3M, menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh P3M kala
                itu adalah bentuk upaya mendekatkan kelompok perempuan di satu sisi dengan pesantren
                di sisi lain. Hal ini wajar karena faktanya masyarakat masih memiliki perspektif yang
                kuat bahwa pesantren adalah habitus laki-laki. Alasan inilah yang membuat P3M sejak
                tahun 1996 mulai menyentuh isu-isu pengembangan wacana Islam dan perempuan di
                lingkungan pesantren. Pada perkembangannya, program gender di P3M ini menghasilkan
                sebuah buku pertama di Indonesia mengenai Islam dan gender yang ditulis oleh Masdar
                F. Mas’udi, dan telah mempengaruhi juga wacana Islam dan Gender di Malaysia, yakni
                Masdar F. Mas’udi, Islam & Women’s Reproductive Rights (Kuala Lumpur: Sister in Islam,
                2002).  Lihat,  Syafiq  Hasyim,  Bebas dari Patriarkhisme Islam,(Depok:  Katakita,  2010),
                hal.331-332.
           76   Beberapa lembaga lain tercatat turut melaksanakan program yang hampir mirip dengan
                P3M, seperti yang dilakukan oleh LKPSM dan Yayasan Kesejahteraan Fatayat, Yogyakarta.
                Lihat, Hasyim, Bebas dari Patriarkhisme ,.....hal.333.









                                                                                                 507
   518   519   520   521   522   523   524   525   526   527   528