Page 59 - PROSIDING KONFERENSI NASIONAL SEJARAH X Budaya Bahari Dan Dinamika Kehidupan Bangsa Dalam Persepektif Sejarah Jakarta, 7 – 10 November 2016 Jilid VII
P. 59
14
Bombana dapat meningkatkan keefektifan mengajar guru. Hal ini didasarkan pada
peningkatan yang terjadi dalam tiap siklus. Pada siklus I terlihat keefekfan mengajar guru
mencapai 71% meningkat menjadi 76% pada siklus II dan terus mengalami peningkatan pada
siklus III mencapai 96%. (2) Aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah dapat
ditingkatkan melalui metode diskusi dengan menggunakan tradisi lisan yaitu tindakan siklus I
diperoleh sebesar 47,7% kemudian meningkat menjadi 66,2% pada siklus II, dan pada siklus
III mencapai sebesar 85,1%. (3) Penerapan metode diskusi dengan menggunakan tradisi lisan
dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan karakter positif siswa. Hal ini terlihat dari
pelaksanaan tindakan sebanyak tiga siklus dan terlihat peningkatan persentase yang cukup
tinggi yaitu pada pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus III terlihat selalu terjadi
peningkatan terhadap 5 sikap yang diamati yakni: disiplin, jujur, tanggung jawab, peduli dan
santun, seperti tampak pada tabel 1.
Tabel 1. Rakapitulasi Data Setiap Siklus
Keefektifan Aktivitas Karakter (%)
No Tindakan Mengajar Belajar Tanggung
Guru Siswa Disiplin Jujur Jawab Peduli Santun
1 Siklus I 71 47,7 75 70 58,33 58,33 57,14
2 Siklus II 76 66,2 79,16 75 75 70,83 71,42
3 Siklus III 96 85,1 91,66 90 91,66 91,66 92,85
Sumber: Data Observasi
Beberapa saran diajukan: (1) Kepada guru-guru sejarah kiranya dapat
mengintegrasikan tradisi lisan untuk meningkatkan karakter positif siswa, sehingga siswa
dapat mengesksplorasikan kemampuannya dalam mengemukakan gagasan dan mudah
memaham materi pembelajaran yang disajikan, (2) Bagi siswa dapat lebih termotivasi untuk
mengembangkan diri dan mengenal budaya, sehingga dapat mengembangkan karakter adab
kesopanan baik dalam berfikir, bertindak dan berbicara agar tercipta generasi berkualitas
yang berkarakter positif.
F. Penutup
Upaya melestarikan dan mengembangkan semangat kebaharian masyarakat Indonesia,
harus dilakukan dalam pendidikan formal mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Salah satu
bentuk pembelajaran muatan kebaharian dapat dilakukan melalui pengintegrasian tradisi lisan
komunitas bahari. Pengintegrasian tradisi lisan kebaharian pada satuan pendidikan formal,
khususnya dalam pembelajaran IPS dan sejarah dapat mempercepat penanaman dan
menumbuhkan kembali semangat serta jiwa kebaharian bangsa yang nyaris hilang. Wujud
muatan integrasi dalam pembelajaran IPS/Sejarah dapat berupa satu kompetensi dasar dan
atau integrasi dalam beberapa topik yang relevan. Bentuk ini tidak perlu menyediakan guru-
guru khusus mata pelajaran baru, tetapi cukup disiapkan pelatihan pada guru-guru mata
pelajaran IPS dan Sejarah yang akan diberi muatan kebaharian.
Pengintegrasian tradisi lisan komunitas bahari dapat dilakukan dengan menggunakan
metode tugas dan diskusi yaitu guru memberi tugas kepada siswa baik secara individu
maupun secara kelompok dengan petunjuak yang jelas, sehingga siswa dengan mudah
memperoleh informasi dari masyarakat melalui teknik: wawancara, pengamatan, dan studi
dokumen, agar siswa dapat mengembangkan beberapa keterampilan, seperti: keterampilan
bertanya, keterampilan mengemukakan pendapat secara lisan dan tulisan, keterampilan
mengamati suatu fenomena sosial.
Secara empiris model integrasi tradisi lisan dalam pembelajaran sejarah telah terbukti
efektivitasnya oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh guru SMA yang terbukti dapat