Page 136 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 136

R. M. T. A. Soerjo      123



               waktu  untuk  bermain  kelereng,  mencari  ikan  di  sungai  dan
               mengembala kerbau di sawah. Kenakalan khas anak-anak kampung
               juga  menjadi  bagian  masa  kecil  Soerjo.  Menurut  Raden  Ajeng
               Kustinah,  Soerjo  kecil  dan  kawan-kawannya  pernah  dikejar-kejar
               oleh  seorang  mandor  tebu  yang  terkenal  galak.  “Mereka  nekad
               mencuri beberapa batang tebu dari lori (kereta kecil) pabrik untuk
               dimakan bareng-bareng,” ujar salah satu adik Soerjo itu.
                                                                    2
                      Berhubung  kedua  orangtuanya  mengharapkan  Soerjo
               menjadi ambtenaar atau pamong praja,  seperti halnya sang ayah, ia
               dimasukkan ke Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaar (OSVIA)
               di  Madiun.  Soerjo  menyambut  baik  harapan  orangtuanya  itu  yang
               memang sejalan dengan cita-citanya untuk menjadi pejabat. Selama
               di  OSVIA,  Soerjo  terbilang  siswa  aktif.  Ia  sangat  gandrung  pada
               berbagai  cabang  olahraga  seperti  angkat  besi,  pencak  silati  dan
               senam.Tak  aneh  jika  tubuh  Soerjo  tegap,  sehat  dan  kekar.  Ia  pun
               kerap  didapuk  sebagai  pemimpin  olahraga  senam  di  lingkungan
               sekolah.  Selain  berolahraga,  Soerjo  juga  menyenangi  permainan
               sulap  dan  bermain  wayang  orang.  Peran  favorit  yang  kerap
               dimainkannya adalah tokoh Semar atau raksasa.
                      Sebagai  anak  muda,  Soerjo  dikenal  sebagai  seorang
               pemberani terutama pada hal-hal yang ia anggap tidak benar. Karena
               prinsip itu, tak jarang ia harus berkelahi dengan para sinyo Belanda
               yang  selalu  meremehkan  anak-anak  bumiputera.  Rasa  setia  kawan
               Soerjo  juga  tak  usah  diragukan.  Kepada  sesama  kawan  yang  selalu
               “ditindas”  Soerjo  pasti  membelanya  mati-matian.    “Eyang  pernah
               membela  empat  kawannya  yang  dikeluarkan  oleh  pihak  OSVIA,”
               ungkap Donny Ariotejo, salah seorang cucu dari Soerjo.
                                                                   3
                      Kisahnya,  pada  1913  pemerintah  Hindia  Belanda  akan
               mengadakan pesta besar-besaran terkait 100 tahun bebasnya negeri
               mereka  dari  penjajahan  Prancis.  Tentu  saja  niat  itu  mendapat
               penolakan  dari  sebagian  tokoh  bumiputera.  Salah  satunya  adalah
               Raden  Mas  Soewardi  Soerjaningrat  alias  Ki  Hadjar  Dewantoro.  Ia
               menulis sebuah artikel berjudul Als ik een Nederlander ben (Andaikan
               saya  seorang  Belanda).  Dalam  artikel  itu,  secara  kritis  Soewardi
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141