Page 141 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 141

128      Gubernur Pertama di Indonesia



            mencintai  bangsanya.  Hal  itu  dialami  sendiri  oleh  Wawardi
            menjelang  kedatangan  Jepang.  Wawardi,  aktivis  Partai  Indonesia
            Raya,  ditangkap  pemerintah  Hindia  Belanda  karena  kegiatannya
            dalam  pergerakan  kebangsaan.  Sebagai  hukuman  ia  diasingkan  ke
            Plaosan  (terletak  antara  Magetan  dan  Sarangan)  dan  harus
            melaporkan diri setiap waktu kepada Bupati Soerjo.
                    Kali  pertama  melapor  kepada  Soerjo,  Wawardi  memiliki
            kesan  yang  baik  terhadap  sang  Bupati.  Kendati  memiliki  jabatan
            penting dan berdarah bangsawan, sikap Soerjo jauh dari feodalisme.
            Alih-alih merasa bertemu dengan seorang pejabat kolonial, Wawardi
            melihat  bahwa  Soerjo  sesungguhnya  adalah  seorang  patriot  dan
            nasionalis yang mencintai bangsanya. “Tidak usah segan atau takut
            kepada  saya.  Blijf  een  goed  nationalis  en  hoed  moed!  (Tetaplah
            menjadi  seorang  nasionalis  yang  baik.  Tabahlah,  jangan  berputus
            asa,” ujar Soerjo memberikan semangat kepada Wawardi.
                                                                  6
                    Wawardi  meyakini  sejatinya  Soerjo  sangat  membenci
            penindasan  dan  penjajahan.  Namun  berbeda  dengan  orang-lain,
            dalam mengekspresikannya, ia selalu menggunakan otak dingin agar
            tak berakhir konyol.  Kendati sejak muda sudah memiliki  jiwa  anti-
            penjajaha,  kala menjadi pejabat  ia  terpaksa  “bekerja  sama”  dengan
            pihak  pemerintah  Hindia  Belanda.  Sebagai  seorang  pemimpin,
            banyak  rakyat  yang  menjadi  tanggung  jawabnya.  “Tapi  pada
            dasarnya ia adalah seorang nasionalis yang baik,” ujar salah seorang
            sahabat  Soerjo  itu  dalam  buku  Pahlawan  Nasional  Gubernur  Suryo
            karya Sutjiatiningsih.
                    Pada 8 Desember 1941, Angkatan Perang Kekaisaran Jepang
            secara  tiba-tiba  menyerang  Pangkalan  Militer  Amerika  Serikat  di
            Pearl Harbour. Gempuran tanpa permakluman itu otomatis menyeret
            Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia II. Usai membom Pearl
            Harbour, kekuatan balatentara Jepang seolah tak tertahankan. Pada
            bulan  yang  sama  mereka  berhasil  merebut  Hongkong  dari  Inggris.
            Dua bulan kemudian, giliran Singapura mereka kuasai.  Awal Maret
                                                                 7
            1942, balatentara Jepang memasuki wilayah Hindia Belanda. Kendati
            KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) coba menahan laju tentara
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146