Page 96 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 96
Karena menyadari bahwa kebanyakan orang tidak berkesempatan mempelajari atau melakukan riset
mikrobiologi, evolusionis membuat kebohongan terang-terangan berkaitan dengan resistensi dan kekebalan.
Mereka sering mengemukakan contoh-contoh tadi sebagai bukti penting bagi evolusi. Kini sudah jelas bahwa
resistensi bakteri terhadap antibiotik dan kekebalan serangga terhadap DDT tidak memberikan bukti apa pun
bagi evolusi. Yang justru terungkap adalah contoh nyata penyimpangan dan kebohongan yang dilakukan
evolusionis untuk membenarkan teori mereka.
Kekeliruan tentang Organ-Organ Peninggalan
Sejak lama, konsep “organ vestigial”*) atau “organ peninggalan” sering muncul dalam literatur
evolusionis sebagai “bukti” evolusi. Pada akhirnya konsep ini diam-diam tidak digunakan lagi ketika terbukti
tidak absah. Namun beberapa evolusionis masih meyakininya dan kadang-kadang masih ada saja yang mencoba
mengajukannya sebagai bukti penting evolusi.
Gagasan “organ peninggalan” pertama kali dikemukakan seabad lalu. Menurut evolusionis, di dalam
tubuh beberapa jenis makhluk hidup terdapat sejumlah organ-organ tubuh yang tidak fungsional. Organ-organ
ini diwarisi dari nenek moyang mereka dan perlahan-lahan menjadi peninggalan karena tidak digunakan.
Semua asumsi ini sangat tidak ilmiah dan hanya berlandaskan pada pengetahuan yang tidak memadai.
“Organ-organ tidak fungsional” ini pada kenyataannya adalah organ-organ yang “fungsinya belum diketahui”.
Ini ditunjukkan dengan berkurangnya organ peninggalan sedikit demi sedikit tetapi pasti dari daftar panjang
evolusionis. Seorang evolusionis bernama S.R. Scadding, dalam tulisannya untuk majalah Evolutionary Theory
yang berjudul “Can Vestigial Organs Constitute Evidence for Evolution?” (“Dapatkan Organ Peninggalan
Menjadi Bukti Evolusi?”), menyetujui fakta ini:
Karena tidak mungkin mengidentifikasi secara pasti struktur-struktur tidak berguna, dan karena struktur
argumen yang digunakan tidak absah secara keilmuan, saya menyimpulkan bahwa “organ-organ peninggalan”
9
tidak memberikan bukti khusus bagi teori evolusi.
Daftar organ peninggalan yang dibuat ahli anatomi Jerman R. Wiedersheim pada tahun 1895 terdiri dari
sekitar 100 organ, termasuk usus buntu dan tulang ekor. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ternyata semua
organ dalam daftar ini diketahui berfungsi penting dalam tubuh. Misalnya, usus buntu yang semula dianggap
sebagai organ peninggalan ternyata merupakan organ limfoid *) yang memerangi infeksi dalam tubuh. Fakta ini
menjadi jelas pada tahun 1997: “Organ-organ dan jaringan tubuh lainnya — kelenjar timus, hati, limpa, usus
buntu, sumsum tulang, sejumlah jaringan limfatis seperti amandel dan lempeng Peyer pada usus kecil — juga
10
merupakan bagian dari sistem limfatis. Semuanya membantu tubuh memerangi infeksi.”
Ditemukan bahwa amandel, yang juga digolongkan organ peninggalan, berperan penting dalam
melindungi kerongkongan dari infeksi, khususnya sampai usia dewasa. Tulang ekor pada bagian bawah tulang
belakang ternyata menyokong tulang-tulang di sekitar panggul dan merupakan titik temu dari beberapa otot
kecil. Tahun-tahun berikutnya diketahui bahwa kelenjar timus memicu sistem kekebalan tubuh dengan
mengaktifkan sel-sel T; kelenjar pineal berperan dalam sekresi beberapa hormon penting; kelenjar gondok
menunjang pertumbuhan yang baik pada bayi dan anak-anak; dan kelenjar pituitari mengendalikan banyak
kelenjar-kelenjar hormon agar berfungsi dengan benar. Sebelumnya, semua organ ini dianggap sebagai “organ