Page 99 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 99

Ketidakabsahan Pernyataan Homologi Molekuler


                Pengajuan homologi sebagai bukti evolusi tidak saja gagal pada tingkat organ tetapi juga pada tingkat
          molekuler. Evolusionis mengatakan bahwa ada kemiripan antara kode-kode DNA atau struktur-struktur protein
          pada spesies-spesies berbeda, dan kemiripan ini membuktikan makhluk-makhluk hidup ini telah berevolusi dari
          nenek moyang yang sama atau dari satu sama lain. Sebagai contoh, media evolusionis senantiasa menyatakan
          bahwa “ada kemiripan besar antara DNA manusia dan DNA kera”. Kemiripan ini dikemukakan sebagai bukti
          hubungan evolusi antara manusia dan kera.
                Contoh paling berlebihan dari argumen ini mengacu pada terdapatnya 46 kromosom pada manusia dan 48
          pada beberapa jenis kera seperti simpanse. Evolusionis menganggap kedekatan jumlah kromosom antara spesies
          yang berbeda merupakan bukti hubungan evolusi. Namun, jika hal ini benar, maka manusia memiliki kerabat
          lebih dekat: kentang. Dibandingkan dengan kera atau simpanse, kentang memiliki jumlah kromosom lebih dekat
          dengan jumlah kromosom  manusia,  yaitu 46! Dengan  kata lain,  manusia dan kentang  memiliki jumlah
          kromosom yang sama! Contoh nyata tetapi menggelikan ini menunjukkan bah-wa kemiripan DNA tidak dapat
          dijadikan bukti hubungan evolusi.
                Di sisi lain, terdapat perbedaan molekuler yang sangat besar di antara makhluk-makhluk yang tampaknya
          mirip dan berkerabat. Sebagai contoh, struktur Sitokrom-C, salah satu protein penting bagi pernapasan, sangat
          berbeda pada makhluk-makhluk hidup dalam kelas yang sama.
                Menurut hasil riset, perbedaan antara dua spesies reptil lebih besar dibandingkan perbedaan antara burung
          dan ikan atau antara ikan dan mamalia. Studi lain menunjukkan bahwa perbedaan molekuler antara beberapa
          burung lebih besar dibandingkan perbedaan molekuler antara burung-burung tersebut dengan mamalia. Telah
          ditemukan pula bahwa antara bakteri-bakteri  yang  tampaknya sama ternyata ada perbedaan molekuler lebih
                                                                                    14
          besar dibandingkan perbedaan molekular antara mamalia dan amfibi atau serangga.  Perbandingan serupa telah
                                                                                                   15
          dilakukan pada hemoglobin, mioglobin, hormon-hormon dan gen-gen dengan kesimpulan yang sama.
                Berkenaan dengan temuan ini dan temuan terkait lainnya, Dr. Michael Denton berkomentar:
                Masing-masing kelas pada tingkat molekuler adalah unik, terisolasi dan tidak dihubungkan oleh bentuk
          antara. Jadi, molekul-molekul, seperti halnya fosil-fosil, telah gagal menyediakan bentuk antara yang selama ini
          dicari oleh biologi evolusioner… Pada tingkat molekuler, tidak  ada organisme “nenek moyang” atau “lebih
          primitif” atau “lebih maju” di-bandingkan kerabatnya... Apabila bukti molekuler ini diketahui satu abad yang
                                                                        16
          lalu... gagasan evolusi organis ini mungkin tidak akan pernah diterima.


                Mitos Rekapitulasi Embriologis


                Meskipun telah disingkirkan dari literatur ilmiah, beberapa terbitan evolusionis masih sering mengajukan
          “teori rekapitulasi” sebagai realitas ilmiah. Istilah “rekapitulasi” adalah peringkasan dari ungkapan “Ontogeni
          merekapitulasi filogeni” yang dikemukakan ahli biologi evolusionis, Ernst Haeckel, pada akhir abad ke-19.
                Teori yang diajukan Haeckel ini menyatakan bahwa embrio-embrio mengulangi proses evolusi yang telah
          dialami nenek-nenek moyangnya. Haeckel berteori bahwa selama  masa perkembangan di dalam rahim ibu,
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104