Page 94 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 94
Darwin mengemukakan contoh yang berlebihan ini karena pemahaman yang primitif akan ilmu
pengetahuan di zamannya. Pada abad ke-20, ilmu pengetahuan telah menetapkan prinsip “stabilitas genetis”
(homeostasis genetis) berdasarkan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan pada makhluk-makhluk hidup. Prinsip
ini menyatakan bahwa semua usaha pengawinan untuk menghasilkan variasi-variasi baru tidak meyakinkan, dan
ada batasan-batasan ketat di antara spesies-spesies makhluk hidup yang berbeda. Artinya, sangat mustahil para
peternak dapat mengubah sapi menjadi spesies berbeda dengan cara mengawinkan varietas-varietasnya, seperti
dinyatakan Darwin.
Norman Macbeth membantah Darwinisme dalam bukunya Darwin Retried:
Inti masalahnya adalah, kalaupun benar makhluk hidup dapat bervariasi tan-pa batas… Spesies-spesies
selalu stabil. Kita semua pernah mendengar bagaimana peternak dan hortikulturis yang sudah berusaha
sedemikian keras menjadi kecewa mendapati hewan atau tumbuhan yang mereka kembangkan kembali ke
varietas asal. Sekalipun usaha keras dilakukan selama dua atau tiga abad, tidak mungkin dihasilkan mawar biru
3
atau tulip hitam.
Luther Burbank*) yang dianggap sebagai hortikulturis paling berhasil, mengungkap fakta ini saat
mengatakan “ada batas-batas dalam pengembangan yang mungkin terjadi, dan batas-batas ini mengikuti suatu
4
aturan”. Tentang hal ini, ilmuwan Denmark, W.L. Johannsen berkomentar:
Variasi-variasi yang menjadi titik tekan Darwin dan Wallace tidak dapat dipaksakan melampaui tahap
5
tertentu. Variabilitas seperti ini tidak me-miliki rahasia 'perubahan tanpa batas'.
Pernyataan Evolusi tentang Resistensi Antibiotis dan Kekebalan
Evolusionis mengajukan resistensi bakteri terhadap antibiotik dan kekebalan beberapa jenis serangga
terhadap DDT sebagai bukti evolusi. Mereka menyatakan ini sebagai contoh resistensi dan kekebalan yang
diperoleh akibat mutasi pada makhluk hidup akibat bahan-bahan kimia tersebut.
Resistensi dan kekebalan yang muncul pada bakteri dan serangga ini bukan sifat yang diperoleh akibat
mutasi. Sebagian varietas dari makhluk hidup ini memiliki karakteristik tersebut sebelum seluruh populasinya
terkena antibiotik atau DDT. Meski merupakan jurnal evolusionis, Scientific American mengakui hal ini dalam
edisi Maret 1998:
Banyak bakteri yang memiliki gen-gen resistensi, bahkan sebelum antibiotik komersial digunakan. Para
6
ilmuwan tidak tahu pasti mengapa gen-gen ini berkembang dan dipertahankan.
Tampaknya, informasi genetis yang mengandung resistensi dan sudah ada sebelum penggunaan antibiotik
ini tidak dapat dijelaskan oleh evolusionis. Ini membuktikan kekeliruan teori mereka.
Fakta bahwa bakteri resisten ini sudah ada bertahun-tahun sebelum penemuan antibiotik, diungkapkan
dalam Medical Tribune, sebuah terbitan ilmiah terkemuka, pada edisi 29 Desember 1998. Di situ diulas sebuah
kejadian menarik: dalam sebuah penelitian tahun 1986, ditemukan beberapa mayat yang terawetkan dalam es.
Mereka adalah pelaut yang sebelum-nya sakit dan meninggal ketika melakukan ekspedisi kutub pada tahun
1845. Pada mayat-mayat tersebut ditemukan jenis-jenis bakteri yang umum didapati pada abad ke-19. Ketika
diuji, para peneliti terkejut karena bakteri-bakteri ini resisten terhadap beragam antibiotik modern yang baru
7
dikembangkan pada abad ke-20.