Page 103 - Microsoft Word - KeruntuhanTeoriEvolusi
P. 103

BAB 14

                                Teori Evolusi: Kewajiban Materialistis



                Informasi yang telah  disampaikan sejauh ini menunjukkan bahwa teori evolusi tidak memiliki dasar
          ilmiah; dan sebaliknya, pernyataan-pernyataan evolusi bertentangan dengan temuan-temuan ilmiah. Dengan
          kata lain, kekuatan yang menyokong evolusi bukanlah ilmu pengetahuan. Evolusi memang dibela oleh beberapa
          "ilmuwan", tetapi pasti ada kekuatan lain yang berperan. Kekuatan ini adalah filsafat materialis.
                filsafat materialis merupakan salah satu sistem pemikiran tertua dalam sejarah manusia. Karakteristiknya
          yang paling  mendasar  adalah anggapan bahwa materi itu absolut. Menurut filsafat ini, materi tidak terbatas
          (infinite), dan segala sesuatu terdiri dari  materi,  dan hanya materi. Pendekatan ini menutup kemungkinan
          terhadap kepercayaan kepada Pencipta. Oleh sebab itu, materialisme sejak lama memusuhi agama-agama yang
          memiliki keyakinan terhadap Allah.
                Jadi, pertanyaannya sekarang: apakah cara pandang materialis itu benar? Untuk mengujinya, kita harus
          menyelidiki  pernyataan-pernyataan filsafat tersebut yang berkaitan dengan  ilmu pengetahuan, dengan
          menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya, seorang filsuf abad ke-10 dapat mengatakan bahwa ada pohon
          keramat di permukaan bulan, dan semua makhluk hidup tumbuh seperti buah pada cabang-cabangnya lalu jatuh
          ke bumi. Sebagian orang mungkin menganggap filsafat ini menarik dan mempercayainya. Namun pada abad ke-
          20, ketika manusia telah sampai ke bulan, filsafat semacam ini tidak mungkin dikemukakan. Ada atau tidaknya
          pohon semacam itu di sana dapat ditentukan dengan  metode-metode ilmiah, yaitu  dengan pengamatan dan
          eksperimen.
                Dengan metode ilmiah, kita dapat menyelidiki pernyataan materialis bahwa materi itu abadi, dan materi
          ini dapat mengorganisir diri tanpa memerlukan Pencipta serta mampu memunculkan kehidupan. Namun sejak
          awal, kita melihat bahwa materialisme telah runtuh karena gagasan ten-tang kekekalan materi telah dihancurkan
          oleh teori Dentuman Besar (Big Bang), yang menunjukkan bahwa jagat raya diciptakan dari ketiadaan.
          Pernyataan bahwa  materi dapat mengorganisir diri dan memunculkan kehidupan adalah  pernyataan “teori
          evolusi” — teori yang telah dibahas oleh buku ini dan ditunjukkan keruntuhannya.
                Akan tetapi, jika seseorang berkeras mempercayai materialisme dan mendahulukan kesetiaan pada paham
          ini daripada hal-hal lainnya, maka ia tidak  akan menggunakan metode  ilmiah. Jika  orang tersebut
          “mendahulukan materialismenya daripada keilmuwanannya”, maka ia tidak akan meninggalkan materialisme
          sekali pun tahu bahwa konsep evolusi tidak diakui ilmu pengetahuan. Sebaliknya, ia berusaha menegakkan dan
          menyelamatkan paham ini dengan mendukung konsep evolusi apa pun yang terjadi. Inilah keadaan sulit yang
          dihadapi evolusionis.
                Yang menarik, ternyata mereka pun mengakui fakta ini dari waktu ke waktu. Ahli genetika evolusionis
          terkenal dari Universitas Harvard, Richard C. Lewontin, mengakui bahwa dia “materialis dulu baru ilmuwan”
          dengan kata-kata berikut:
                Bukan metode dan penemuan-penemuan ilmiah yang  mendorong kami  menerima penjelasan  material
          tentang dunia yang fenomenal ini. Sebaliknya, kami dipaksa oleh keyakinan apriori kami terhadap  prinsip-
          prinsip material untuk menciptakan perangkat penyelidikan dan serangkaian konsep  yang menghasilkan
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108