Page 84 - PEMBINAAN NOVIS
P. 84
Pembinaan Novis
Fransiskus membuat prakata dalam anggaran dasarnya dengan kalimat: Anggaran Dasar
dan Cara Hidup saudara-saudara dina dsb dan ditutup dengan kalimat yang hampir sama
isinya agar kita sellau ... melaksanakan kemiskinan dan kerendahan hati dsb, Anggaran
Dasar yang diajukan adalah seluruh cita-cita Fransiskus, kita boleh saja menguraikan
untuk memperoleh apa-apa yang terpenting bagi kita. Di dalam Anggaran Dasar tsb juga
dengan jelas apa yang harus dilakukan para pengikutnya.
Dan hal yang sangat berat ialah Injil Suci Tuhan kita Yesus Kristus, waktu itu Injil masih
merupakan “barang yang langka dan antik”, baik karena kesulitan untuk diperoleh ataupun
ketatnya aturan kepemilikian Injil khususnya bagi kaum awam, dan bahasa dalam Injil
adalah bahasa Latin. Bapa Paus Innocetius III yang telah kenal dengannya mengetahui
bahwa Fransiskus hanya mampu berbahasa Umbria dan bahasa latinnya sangat kasar,
karena basis pendidikannya yang kurang.
Dari alasan tsb, marilah kita melihat aturan Gereja tentang Anggaran Dasar suatu tarekat
gerejani yang meliputi:
Pertama dalam arti sempit adalah seluruh dokumen kepausan untuk mengumumkan
hukum atau keputusan penting, baik atas kebijaksanaan sendiri (Motu proprio-
kebijaksanaan Bapa Paus) atau bersama Dewan Kardinal – dalam bentuk Bullla
Kedua, seluruh dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Konsili Ekumenis di bidang ajaran,
pastoral atau kehidupan gerejani yang mengikat seluruh Gereja, (misalnya: Konstitusi-
konstitusi Konsili Vatikan II mengenai: Gereja, Liturgi, Wahyu Ilahi dll), tujuannya untuk
membatasi dan melarang ajaran yang sesat (KHK 754) (KHK Akan dibahas secara khusus)
Sementara itu arti yang ketiga adalah peraturan dasar untuk mengarahkan hidup serta karya
para anggota suatu lembaga hidup bakti termasuk ordo, kongregasi biarawan, biarawati,
serikat hidup kerasulan sebagaimana diatur oleh Hukum Kanonik Kan 587.
Untuk memperoleh pengesahan secara tertulis yang mempunyai kekuatan hukum, perlu
perjuangan lebih lanjut. Sebagai dokumen kerohanian dan hukum, anggaran dasar menuju
cita-cit yang harus dikejar dan menentukan beberapa kewajiban hukum, bahkan kewajiban
yang cukup berat.
Kewajiban hendaklah berbentuk konkret, dan menujuk batas-batas yang terang dan
kentara. Misalnya ditanyakan harus hidup tanpa milik dalam, di sini Fransiskus
menekankan bahwa dalam mewartakan kabar keselamatan mengikuti kemiskinan Kristus,
kemiskinan total secara pribadi.
Kewajiban mencakup hukum, bukan kewajiban hakiki, yang tidak terikat dengan keadaan,
masa dan lingkungan. Misallnya dalam menjalankan ibadat dan puasa, secara jelas apa-
apa saja yang hendaknya dilakukan untuk memuji Tuhan, kewajiban berpuasa diutarakan
secara jelas, kapan dan berlaku bagi siapa saja.
Kewajiban menuntun adanya semacam pengawas atau “correptio fraterna” sebagaimana
yang dianut oleh para Klaris. Dalam anggaran dasar yang disusun pada tahun 1221
dituliskan a.l. Jika di antara saudara di manapun mereka berada dan ada seorang yang
melakukan suturut daging dan tidak menurut Roh, maka saudara yang tinggal bersama
hendaknya mengingatkan dia dengan segala kerendahan hati. Jadi yang menegor tidak
harus seorang Abdis melainkan siapa saja. Aturan ini ternyata telah dihilangkan, mungkin
dianggap terlalu ketat.
Peraturan yang disusun dan merupakan anggaran ini merupakan suatu hal yang paling
baik, pada masanya, hendaknya dapat berlaku luwes, fleksibel atau dengan mudah
mengadakan penyesuaian. Misalnya larangan menunggang kuda. Naik keledai tidak ada
larangan, karena keledai dianggap lebih sederhana daripada kuda. Bagaimana dengan naik
kendaraan mewah dan yang lainnya, bukankah tidak ada larangannya? Dengan demikian
akan banyak interpretasi tentang aturan.
Karena kewajiban tidak sama dengan cita-cita, tetapi sifatnya menjamin, mewajibkan dan
mengharuskan, maka sifatnya atau kadar hukumnya sama dengan Injil itu sendiri.
164