Page 81 - PEMBINAAN NOVIS
P. 81

Pembinaan Novis



                   “Tuhan memberi engkau damai”
                   Akan tetapi, mereka yang belum pernah mendengar salam seperti itu dari saudara-saudara,
                   merasa heran: yang lain lagi merasa terganggu dan bertanya:
                   “Apa artinya salam itu?”
                   Saudara-saudara menjadi merah mukanya dan minta kepada Fransiskus.
                   “Saudara biarlah saya menyalami orang dengan cara yang lain. Biarkan mereka berbicara,”
                   jawab Sto. Fransiskus.
                   “Mereka tidak memahami cara-cara Allah, karena itu jangan malu, saudara; bahkan orang-
                   orang bangsawan serta para pangeran dunia ini akan menghormati engkau dan saudara-
                   saudaramu justru karena salam itu!”.
                   (Compilatio Assisinsis, 101)

                   Dari kisah di atas kelihatan bahwa corak batin Fransiskus tidak sama dengan para saudaranya,
                   atau dengan kata lain tidak mungkin corak batin Fransiskus menjadi Spiritualitas Fransiskan,
                   yakni  spiritualitas  sekelompok  orang  atau  golongan  tertentu  yang  terdiri  dari  manusia-
                   manusia biasa tanpa rahmat Allah. Menyadari keterbatasan baik dalam penyampaian pesan
                   atau  contoh  hidup,  maka  intisari  dan  cita-citanya  dituangkan  ke  dalam  Anggaran  Dasar.
                   Dengan harapan Anggaran Dasar tsb tercantumlah seluruh corak batin Fransiskus sejauh itu
                   disampaikan  kepada  para  saudaranya  atau  pengikutnya.  Pater  Cletus  Groenen  OFM
                   mengistilahkan  sebagai:  spiritualitas  Fransiskus  yang  dilepaskan  dari  kepribadian  dan
                   kharisma Fransiskus, sehingga menjadi milik umum.

                   Dalam Surat Wasiatnya Sto. Fransiskus menumpahkan seluruh isi hati dan keluh kesahnya,
                   sehingga menjadi perdebatan di antara para saudara. Ada yang berpendapat bahwa anak-anak
                   Fransiskua yang syah adalah yang menepati Wasiatnya secara sempurna, sementara yang lain
                   tetap  berpegang  teguh  pada  Anggaran  Dasar.  Pertikaian  ini  menjurus  pada  perpecahan
                   persaudaraan, terlebih kaum spiritual yang timbul sekitar akhir abad XIII sangat menentang
                   kekuatan yuridis Surat Wasiat, yang didukung oleh Paus Gregorius IX.

                   Dengan  penegasan  bapak  Paus  tsb  maka  Surat  Wasiat  kehilangan  kekuatan  hukum  yang
                   mengikat, sungguhpun demikian tidak berarti bahwa Surat Wasiat tidak memiliki arti. Surat
                   Wasiat  minimal  menunjukkan  kepada  kita  bahwa  cita-cita  Sto.  Fransiskus  tidak  kenal
                   kompromi, semangat yang terus berkobar, sementara itu Anggaran Dasar yang disusunnya
                   merupakan cara pelaksanaan bagi para saudaranya untuk mengikuti jejak langkahnya menuju
                   kesempurnaan hidup rohani.

                   Dengan  demikian  maka  suatu  spiritualitas  dalam  rangka  agama  Kristen  Katolik  ialah
                   penghayatan Injil secara menyeluruh , tetapi dengan pendekatan dari sisi tertentu atau dalam
                   hal ini spiritualitas Fransiskan ialah suatu penafsiran eksistensial yang khas atas Injil dan
                   pribadi  Yesus  Kristus  yang  dikuti  oleh  Fransiskus  Assisi.  Dari  penafsiran  yang  khas  ini
                   menyangkut hal-hal  yang pokok saja, sehingga hal-hal  yang kecil tidak mungkin menjadi
                   inspirasi spiritual, meskipun itu dipandang sungguh suatu kepentingan, misalnya “devosi”.
                   Devosi kepada Hati Kudus, Darah Maria, Maria Tidak Bernoda, sungguh sulit untuk dijadikan
                   suatu spiritualitas, meskipun bukan hal yang tidak mungkin. Karena itu jumlah spiritualitas
                   tidak begitu saja diperbanyak dan tetap terbatas jumlahnya, karena menyangkut sejarah yang
                   dilaluinya.

                   Pengalaman sejarah yang telah dilalui maka spiritualitas eremit-monastik (bhs Yunani hermit
                   = padang gurun, monasticm = hidup sendiri) tradisinya diwariskan kepada ordo monastik
                   seperti Kartusian, Kamaldose dan Karmelit. Gereja kita sampai saat ini masih mengakui dan
                   membenarkan para rahib yang menarik diri dari masyarakat untuk menghayati hidup dalam
                   kesendirian,  tekun  dalam  doa  dan  laku  tapa,  selama  mereka  masih  mengucapkan  kaul  di
                   hadapan Bapa Uskup setempat dan tetap dalam bimbingannya. (KHK 603)

                                                            161
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86