Page 152 - Pola Sugesti Erickson
P. 152
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
tepat waktu dan pemilu berlangsung beres, itu juga sesuatu yang dikehendaki semua
warga. Jika KPU berupaya keras membuktikan bahwa Gus Dur keliru dan pemilu bisa
berlangsung tepat waktu, dengan kekurangan di sana-sini, pernyataan Gus Dur juga
benar: KPU tidak siap.
Saya kadang memanfaatkan pola tantangan semacam ini untuk berkomunikasi,
misalnya, dengan anak saya. Meniru cara Erickson mendorong agar anaknya mau makan
sayur bayam, saya menyampaikan kepada anak saya: “Sekarang kau sudah kelas satu SD,
sudah bisa naik sepeda, sudah bisa membaca, jadi kupikir kau sudah cukup besar. Tetapi
rupanya aku keliru karena kau ternyata belum cukup besar untuk makan sendiri.” Saat itu
juga anak saya menjawab, “Aku sudah cukup besar,” dan ibunya tidak perlu lagi
menyuapinya sebab ia “sudah cukup besar untuk makan sendiri.”
Untuk kepentingan induksi trance, memberikan tantangan demi tantangan yang tak
mungkin bisa diselesaikan oleh pikiran sadar juga akan membuat seseorang frustrasi,
sehingga tidur adalah pilihan yang paling menenteramkan ketika kesempatan untuk itu
disodorkan. Pada saat itulah pikiran bawah sadar akan meneruskan pekerjaannya, tanpa
hambatan pikiran sadar, untuk menyelesaikan tantangan demi tantangan itu. Dan
tantangan yang membuahkan hasil terapetik adalah prosedur yang juga sering diterapkan
oleh Erickson.
Teknik lain adalah memfokuskan perhatian subjek pada pengalaman-pengalaman
internalnya, yang pelan-pelan akan membuat subjek tersebut kehilangan perhatian
terhadap lingkungan eksternal. Ketika pengalaman internal itu melibatkan seluruh
indera—visual, auditoris, dan kinestetik—maka ia akan menjadi semakin nyata dan
subjek pada akhirnya akan tercerap ke sana dan melupakan sama sekali lingkungan
sekelilingnya. Dengan cara ini subjek dirangsang untuk membangkitkan dalam dirinya
serangkaian respons yang bisa berkembang menjadi trance. Salah satu prodedur yang
lazim diterapkan orang adalah proses visualisasi, misalnya teknik induksi tiga kamar, di
mana subjek diminta membayangkan tiga ruangan imajiner dan diminta memasuki
ruangan-ruangan itu satu demi satu untuk membangkitkan sensasi tertentu sesuai dengan
warna ruangan. Namun, dalam menerapkan teknik visualisasi, Erickson lebih menyukai
152