Page 251 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 251
5. Kerjasama Internasional di bidang politik, ekonomi, dan sosial yang
saling menguntungkan tanpa membeda-bedakan sistem sosial negara-
negara yang bersangkutan.
6. Hidup berdampingan secara damai dan bertetangga dengan baik.
7. Menghormati kedaulatan negara-negara lain.
8. Tidak mencampuri urusan negara lain. 6
Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo, pemerintah Republik
Indonesia tidak lagi menitikberatkan hubungannya dengan Barat. Sikap anti-
kolonialisme Ali menjadikan pemerintahan Republik Indonesia lebih condong
ke negara-negara Asia-Afrika dan blok Timur. Ali merintis hubungan diplomatik
bebas-aktif yang garang untuk menggalang solidaritas negara-negara Asia dan
Afrika guna menghapuskan kolonialisme sekaligus meredakan ketegangan dunia
yang ditimbulkan oleh persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur.
7
Republik Indonesia penganut politik luar negeri netral karena menolak
untuk mengaitkan dirinya kepada negara atau kekuatan manapun, betapapun
besarnya politik dan sikap Indonesia dilandaskan kepada kemerdekaan dan
bertujuan untuk memperkuat perdamaian. Terhadap dua kekuatan “raksasa”
dunia yang bertentangan itu Indonesia tidak mau memilih salah satu pihak.
Indonesia mengambil jalan sendiri dalam menghadapi masalah-masalah
Internasional, beranjak dari sinilah Indonesia akhirnya menganut istilah “Politik
Bebas Aktif”. 8
2 Pertemuan dan Usulan Sebelum KAA
Konferensi Asia Afrika di cetuskan oleh Ali Sastroamidjojo yang menyarakan
agar pertemuan-pertemuan selanjutnya diperluas dengan pemimpin-pemimpin
negara-negara lainnya dari Asia-Afrika. Selanjutnya dalam akhir kunjungan
Ali Sastroamidjojo ke India pada tanggal 25 September 1954 di New Delhi,
dikeluarkan pernyataan bersama antara Indonesia-India yang menekankan
kembali perlunya diselenggarakan konferensi negara-negara Asia-Afrika
6 M. Sabir, Quo Vadis Nonblok?, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990). h. 2
7 Oktorino. Op.Cit. h. 250
8 Poesponegoro dan Notosusanto. Op.Cit..h. 329
Sejarah Nasional Indonesia VI 247