Page 307 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 307

Kemudian  konstituante  membahas  dan  menyusun  PTTK,  menentukan
            struktur organisasi,  pembagian  kerja,  hak-hak dan  tanggung jawab anggota,
            penyusunan dan perubahan agenda, serta prosedur pemungutan suara. Dengan
            demikian  konstituante  sekligus  juga  menggariskan  ketidak-tergantungannya

            pada pemerintah dalam menyusun undang-undang dasar baru. Dalam menyusun
            PTTK, Konstituante menentukan organ-organnya sebagai berikut :
                  1)  Sidang pleno.
                  2)  Pemimpin yakni ketua dan wakil-wakil ketua.

                  3)  Panitia persiapan konstitusi.
                  4)  Komisi-komisi Konstitusi.
                  5)  Panitia musyawarah.
                  6)  Panitia rumah tangga.

                  7)  Panitia-panitia lain (sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 40 ayat 2
                       PTTK).
                  8)  Sekertariat. 56
                  Badan Konstituante yang telah ditentukan oleh Presiden Soekarno pada

            tanggal 10 November 1956 dengan pidato pelantikannya yang terkenal dengan
            judul  “Susunlah  Konstitusi  yang  benar-benar  Konstitusi  Republika”.  Para
                                                                                  57
            anggota  Konstituante,  yang  berangkat  mewakili  partai  masing-masing,  lantas
            terus-menerus bersidang  dan  berdebat selama dua  setengah  tahun  untuk

            merancang dan menyusun UUD baru yang lebih komprehensif daripada UUD
            yang telah ada.
                  Pembahasan  mengenai  UUD  atau  Konstitusi  baru  itu  juga  mencangkup
            dasar negara dan hak asasi manusia. Dari sekian banyak pokok masalah yang

            dibahas untuk dimasukan ke dalam UUD baru, masalah dasar negara adalah
            yang paling alot dan banyak menyita waktu. Bahkan, karena kegagalannya dalam
            menetapkan dasar negara itu, konstituante dinilai gagal oleh sebagian peminat
            sejarah politik Indonesia. 58

                  Pada sidang-sidang tahun 1956, ketua dan wakil-wakil ketua dipilih menurut
            prosedur yang  disetujui  sesudah perdebatan yang  panjang  lebar. Setelah
            itu,  dimulai  diskusi  mengenai  peraturan  tata  tertib  yang  mencakup  organisai
            56   Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama
            Grafiti, 2009) h. 37
            57   Dasril Radjab. Op.Cit. h. 104
            58   M. Dzulfikriddin. Op.Cit. h. 112

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            303
   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312