Page 309 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 309

Gambar 6.7 Suasana pengucapan pernyataan bersama dalam Musyawarah Nasional di Jakarta
                   pada tanggal 14 Desember 1957. Sumber: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka.
                  Akan tetapi, meskipun telah bersidang selama kurang lebih dua setengah
            tahun namun Konstituante belum bisa menyelesaikan tugasnya, situasi ditanah air
            berada dalam keadaan genting, sehingga dikhawatirkan bisa timbul perpecahan
            bangsa dan negara. Belum lagi konstituante selalu gagal memecahakan masalah

            pokok  dalam  menyusun  undang-undang  dasar  baru,  karena  tidak  pernah
            mencapai quorum 2/3 sebagaimana yang diharuskan.
                                                                62
                  Memperhatikan  lambannya  perkembangan  sidang  konstituante  yang
            membahas masalah dasar negara disertai perkembangan politik di luar gedung

            konstituante yang berubah sangat cepat, pihak AD yang dimotori oleh Jendaral
            Abdul Haris Nasution menyatakan dalam suatu pertemuan sipil militer I pada
            13 Februari 1959, bahwa TNI (AD) sedang melopori usaha untuk kembali ke
            UUD  proklamasi  1945.  Usaha  AD  itu  brhasil  meyakinkan    Presiden  Soekarno

            dan Kabinet Djuanda. Dalam plenonya pada 19 Februari 1959, Kabinet Djuanda
            memutusakan akan melaksanakan demokrasi terpimpin dalam rangka kembali ke
            UUD 1945 yang akan dilakukan secara konstitusional. Keputusan itu disampaikan
            kepada Presiden Soekarno sehari kemudian dan Soekarno menerima keputusan

            itu. 63
                  Untuk  mengatasi  hal  tersebut,  akhirnya  presiden  pada  22  April  1959,
            Presiden Soekarno menyampaikan amanat atas Pemerintah Republik Indonesia


            62   Pimpinan MPR dan tim kerja sosialisai Mpr periode 2009-20014,empat pilar kehidupaan berbangsa
            dan bernegara, h.132
            63   M. Dzulfikriddin. Op.Cit. h.114

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            305
   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314