Page 313 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 313

b.     Konsepsi Soekarno
                  Dalam  suasana  politik    yang  makin  memburuk  dengan  meluasnya
            pemberontakan-pemberontakan  daerah  dan  tidak  tercapainya  pemerintahan

            yang stabil  meskipun  telah dilakukan pemilihan  umum, Presiden Soekarno
            melontarkan suatu gagasan untuk  memperbaiki  keadaan pemerintahan.  Di
            hadapan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat di istana merdeka pada
            tanggal 21 Februari 1957 Presiden Soekarno mengemukakan konsepsinya yang

            kemudian dikenal sebagai ‘Konsepsi Presiden Soekarno’ atau Konsepsi Presiden.
            Konsepsi Presiden ini pada pokoknya berisi :
                  1.  Sistem  Demokrasi  Parlementer  secara  barat  tidak  sesuai  dengan
                      kepribadian  Indonesia, oleh karena itu harus diganti dengan sistem

                      Demokrasi Terpimpin.
                  2.  Untuk pelaksanaan sistem Demokrasi Tepimpin perlu dibentuk suatu
                      kabinet gotong  royong  yang anggotanya terdiri  dari semua partai
                      dan  organisasi  berdasarkan perimbangan kekuatan yang ada dalam

                      masyarakat. Konsepsi  Presiden  ini  mengetengahkan pula  perlunya
                      pembentukan  ‘kabinet  kaki  empat’  yang  mengandung  arti  bahwa
                      keempat partai besar, yakni PNI, Masyumi, NU dan PKI, turut serta
                      didalamnya utuk menciptakan kegotoroyongan nasional.

                  3.  Pembentukan dewan nasional yang terdiri dari golongan – golongan
                      fungsional  dalam  masyarakat. Tugas utama dewan nasional  adalah
                      memberi nasihat kepada kabinet baik diminta maupun tidak diminta.
                  Konsepsi  presiden  ini  menimbulkan  perdebatan  yang hangat dalam

            masyarakat  dan  dalam  DPR.  Partai-partai  seperti  Masyumi,  NU,  PSII,  Katolik,
            dan PRI  menolak konsepsi ini, dan berpendapat  bahwa  mengubah sistem
            pemerintahan  dan  susunan  ketatanegaraan  secara  radikal  seperti  itu  adalah
            wewenang konsituante. Suasana  semakin tegang telah usaha-usaha  untuk

            melakukan konsepsi persiden (berpusat di kota) mendapat tantangan di daerah-
            daerah, yang mengakibatkan gerakan daerah semakin memuncak dan semakin
            meluas.  Tidak  lama  kemudian  pada  bulan  maret  1957  Perdana  Menteri  Ali
            Sastroamidjojo mengembalikan mandatnya.







                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            309
   308   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318